Hujan deras membanjiri penjuru kota. Yang lebih buruknya lagi, itu terjadi pada malam hari. Kota busuk ini tidak membutuhkan banyak masalah lagi selain tikus dan sampah. Pemerintah bangsat tidak tahu apa yang dibutuhkan warganya.
Itulah yang berulang kali pria itu fikirkan dan tidak sengaja dia utarakan lewat mulutnya saat sendiri. Rasanya muak baginya terus-terusan mendapatkan berita buruk soal kota tidak jelas ini.
Dia sendiri juga tidak berharap untuk tinggal di kota ini, tapi keadaan memaksanya. Pria itu meneguk anggur yang ia beli. Rasanya begitu mengenakkan ketika seseorang mampu menghilangkan perasaan gundah gulananya dengan segelas anggur nikmat.
Pandangannya mulai kabur, tapi sensasi nikmat itu tak bisa ia lepaskan begitu saja. Sekali dua kali tiga kali teguk yang ia butuhkan. Panas di tenggorokan namun nikmat di kepala. Tiada nikmat senikmat anggur ini batin pria itu.
Tiba-tiba pria itu mendengar suara. Suaranya terdengar datang dari pintu. Dengan badan sempoyongan, pria itu bangkit dari sofanya dan bergegas menghampiri pintu kamarnya.
Dari balik pintu, pria itu mengintip lewat lubang kecil. Terlihat seorang wanita dengan setelan baju kemeja dan celana jeans kebiruan menunggu di luar. Pria itu membukakan pintu dan ia disambut dengan tatapan jijik dari wanita tersebut.
"Mabuk lagi ya, David?" ketus wanita itu.
Dengan badan sempoyongan dan mulut yang tidak karuan buat berbicara, wanita itu mengantar pria itu masuk kembali ke kamarnya. Wanita itu duduk disampingnya, kepala pria itu bersandar di pundak wanita tersebut.
"Bagaimana hari ini? Semua baik-baik saja?"
Pertanyaan yang sontak malah membuat pria itu tiba-tiba naik pitam entah darimana. Dia mulai berkata-kata yang tidak jelas dan tidak tertata rapi. Mulai dari pekerjaan yang sebegitunya hancur, dia harus menutupi borok dari calon walikota yang hendak maju tahun ini, belum lagi dengan bayaran yang bisa-bisa membuat pria itu mencekik dirinya sendiri. Dia muak harus menipu banyak orang hanya demi uang yang bahkan ga bisa bikin dia bahagia.