Bukan di sebuah taman atau cafe, tempat paling romantis se-Jogja. Tetapi di sebuah candi yang bertengger pada bukit setinggi 425 meter di atas permukaan laut. Namanya Candi Ijo yang dibangun pada abad 10 hingga 11 masehi pada masa Kerajaan Medang. Dari tempat itu, kita bisa duduk-duduk di atas pagar pembatas area candi untuk menikmati pesona senja.
Sebelum senja berkuasa, panorama di sekitar candi yang berlokasi di Dusun Sambirejo, Prambanan, Sleman tersebut, dijamin akan membius mata kita. Hijau permai pepohonan menghiasi setiap jengkal perbukitan. Kemudian disambung dengan petak-petak sawah yang mengisi dataran rendah. Dalam kejauhan, nampak samar-samar Kota Jogja yang dipenuhi bangunan dalam variasi ketinggian.
Kreasi manusia paling mencolok dari semua bangunan yang ada adalah landasan pacu Bandara Adi Sutjipto yang sibuk melayani kapal terbang untuk lepas landas atau mendarat. Saat petang merayap, barisan lampu-lampu pemandu pesawat di pinggir landasan akan berpendar, menyuguhkan atraksi cahaya nan menawan. Sejurus kemudian, sang mentari akan tenggelam, berbekas cahaya jingga nan lembut di ufuk barat.
Begitu bola cahaya raksasa tersebut benar-benar hilang dalam batas cakrawala, lembayung senja terbentuk. Sungguh romantis!. Maka tak mengherankan kawasan Candi Ijo memang terkhusus bagi pasangan muda-mudi yang sedang dimabuk asmara. Tampaknya dengan berkunjung ke sana, mereka ingin menciptakan sebuah kenangan indah bersama.
Sebelum menikmati senja, ada baiknya kita belajar tentang Candi Ijo itu sendiri. Candi bercorak Hindu ini terdiri atas satu candi induk dan tiga candi perwara atau pengiring yang berdiri tepat di depannya. Di dalam candi induk, terdapat arca lingga dan yoni yang menyimbolkan kesuburan. Dalam mitologi Hindu, konsep ini ditandai dengan kesatuan antara Syiwa dan Parwati Shaktinya. Seperti candi pada umunya, Candi Ijo dibangun sebagai tempat pemujaan para dewata.
Kita akan terpana mengamati cantiknya relief yang menempel pada badan candi. Selain ragam ukir khas Hindu, figur makhluk khayali juga terpahat dengan lugas. Contohnya Makara, makhluk mitos bertubuh ikan dengan belalai seperti gajah atau Apsara, bidadari penyampai pesan dari dewa kepada manusia. Pelataran candi yang cukup luas membuat kita pun lebih leluasa mengambil gambar dari segala sudut. Atau sekedar duduk-duduk bercengkerama sambil menunggu kala senja sudah sangat menyenangkan.
Untuk mencapai Candi Ijo, kita harus menempuh rute berkelok dan menanjak. Bahkan di beberapa titik, kemiringan tanjakan hingga 70 derajat. Sehingga diperlukan kehati-hatian ekstra saat berkendara. Disarankan untuk menggunakan motor dengan mesin tangguh agar tidak mogok di tengah jalan. Sesampainya di pintu gerbang candi, kita wajib membeli tiket masuk per orang seharga Rp5.000,00 bagi wisatawan domestik dan Rp10.000 bagi wisatawan asing. Untuk parkir motor, kita ditarik Rp5.000 per kendaraan.
Sungguh asyik bisa berkunjung ke Candi Ijo. Senja epik Jogja bisa disaksikan dari sana, dan sebagai bonusnya, kita jadi tambah pintar dengan belajar sejarah yang melatarbelakanginya. Yuuk datang ke Candi Ijo!
Photo credit: Jacob Ricks, sahabat Penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H