Lihat ke Halaman Asli

Tanjung Aan nan Menawan

Diperbarui: 22 Januari 2018   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Tanjung Aan (sumber:bumantara.blogspot.com)

Perjuangan bangun pagi untuk mengejar pesawat ke Lombok akhirnya terbayar juga. Kami langsung dimanja dengan pemandangan alam yang terhampar di depan mata. Air laut sebening kristal bertepikan pasir putih berpadu indah dengan langit biru. Sempalan surga ini bernama Tanjung Aan.

Aku buru-buru melepas alas kaki. Lalu lari sekencang-kencangnya menuju pantai. Empat teman lainnya pun tak mau ketinggalan, mengikuti langkahku dengan terbirit-birit. Begitu menginjak pasir, tekstur kasar langsung menggelitik telapak kaki. Tak lama kemudian, giliran riak air laut membelai kaki dengan lembut. Memang pasir Tanjung Aan lebih kasar daripada pasir pantai pada umumnya. Oleh karena itu, banyak orang menyebut Tanjung Aan sebagai Pantai Pasir Merica.

Tanjung Aan dikelilingi dua bukit panjang dengan sebuah celah yang berada diantaranya. Celah ini menjadi pintu masuk gelombang laut yang berasal dari Samudera Hindia. Lalu gelombang tersebut pecah menjadi riak-riak air dengan ukuran lebih kecil setelah menghantam bebatuan karang. Karena ketenangan air laut ini, banyak anak kecil berani bermain-main air di sepanjang pantai. Orang tua terlihat hanya mengawasi mereka dengan duduk-duduk di bawah poho tanpa dibayangi rasa khawatir.

Anak-anak riang bermain air di Pantai Tanjung Aan (sumber:bumantara.blogspot.com)

Demi mendapat panorama terindah Tanjung Aan, kami harus mendaki sebuah bukit. Merese namanya. Dengan tinggi berbilang puluhan meter, tak ada halangan yang menghadang untuk mencapai puncak bukit. Beruntung ada jalan setapak yang dibuat oleh penduduk setempat. Pendakian menjadi lebih mudah.

Bukit Merese (sumber:bumantara.blogspot.com)

Benar saja pemandangan Tanjung Aan dari atas bukit Merese sungguh memesona. Langit biru bergores awan putih menyatu dengan laut jernih. Kedekatan mereka hanya 'diinterupsi' oleh jalinan bukit hijau. Namun, ketiganya nampak akur dalam menyuguhkan atraksi alam dengan sangat menawan. Tak lupa kami abadikan panorama tak bercela ini dengan sebuah kamera saku.

Bukit Merese (sumber:bumantara.blogspot.com)

Turun dari Bukit Merese, kami langsung disergap oleh ibu-ibu penjual kain khas Lombok. Awalnya tak berniat membeli satu pun, tetapi karena merasa iba, saya beli juga. Tiga sarung khas Lombok saya dapatkan dengan harga seratus ribu rupiah. Lumayanlah untuk dibagikan kepada siapa saja yang membutuhkan di rumah.

Untuk menikmati kecantikan Tanjung Aan, kita dapat langsung ke sana setelah mendarat di Bandar Udara Internasional Lombok. Sebaiknya sebuah mobil disewa ramai-ramai dengan teman dengan tarif Rp500.000,00. Tarif ini sudah meliputi biaya BBM dan upah sopir. Selain  meringankan biaya transportasi dengan patungan, mobil juga bisa membawa kita menyambangi pantai-pantai lain yang berlokasi di sepanjang Daerah Wisata Mandalika, seperti Pantai Kuta yang terkenal dengan tradisi Bau Nyale-nya.

Panorama Tanjung Aan dari Bukit Merese (sumber:bumantara.blogspot.com)

Ayo berkunjung ke Tanjung Aan. Ciptakan kenanganmu sendiri bersama keindahan alam di sana. Hijau, cokelat, hitam, putih, dan birunya akan menawan hatimu. Dijamin kamu tak mau pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline