Lihat ke Halaman Asli

Mau Kuliah Gratis di Salah Satu Universitas Top 50 Dunia? Rebut Indonesia Presidential Scholarsip (IPS)

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajah Universitas Cambridge, Inggris

Siapa yang tidak mau kuliah di salah satu universitas top 50 dunia, seperti Universitas Harvard, Universitas Cambridge, atau Massachusetts Institute of Technology (MIT)?. Saya yakin kita semua ingin atau bahkan ada yang bermimpi bisa mengenyam pendidikan di sana karena adanya jaminan masa depan yang cemerlang setelah lulus nanti. Apalagi semua biaya, mulai dari tiket pesawat, biaya pendidikan, biaya akomodasi, dan uang saku selama studi ditanggung oleh pihak sponsor. Asyik bukan?. Hal ini bukan isapan jempol semata karena sekarang telah hadir Indonesia Presidential Scholarship (IPS) yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), sebuah konsorsium penyantun beasiswa bagi putra-putri terbaik bangsa bentukan tiga kementrian; Kementrian Keuangan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementrian Agama.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Wajah Universitas Cambridge, Inggris"][/caption]

Masih asing dengan LPDP? Wajar bila demikian, karena lembaga ini belum lama didirikan. Saya bersama Kompasioner lainnya juga baru tahu setelah menghadiri “Kompasiana Nangkring Bareng LPDP” yang diselenggarakan pada Sabtu, 12 April 2014 lalu di Gedung A.A Maramis 2, Kompleks Kementrian Keuangan. Kami diundang ke sana untuk mendengarkan paparan tentang beasiswa LPDP bertema “Menyongsong Generasi Emas Indonesia”. Nah, dalam tulisan ini saya hendak membagi kepada pembaca perihal beasiswa tersebut, khususnya bagi Anda yang sangat bersemangat untuk belajar di luar negeri tetapi terbelenggu dengan urusan biaya. Semoga informasi yang diulas di sini bisa membuka jalan untuk mewujudkan impian Anda tersebut.

Mengawali acara “Kompasiana Nangkring Bareng LPDP”, Pak Agung Sudaryono, Kepala Divisi Pengembangan Dana Kelolaan LPDP mempresentasikan latar belakang Beasiswa LPDP. Beasiswa ini diniati ada karena dorongan target besar bangsa Indonesia dalam perayaan HUT kemerdekaannya yang ke 100 di tahun 2045, menjadi salah satu negara maju dengan pendapatan per kapita 46,900 US dollar. Rasanya dengan kekayaan alam yang kita miliki, tidak mustahil Indonesia menjadi negara maju seperti yang dicanangkan. Namun demikian, kekayaan alam justru akan menjadi jarahan negara lain bila kita tak mampu mengolahnya sendiri. Sementara itu, menurut pemaparan Pak Agung, rasio antara jumlah insiyur dan doktor di Indonesia dengan jumlah penduduk masih terlalu besar. Jumlah insiyur di sini baru mencapai 2.571 orang per satu juta penduduk, sedangkan doktornya 143 per sejuta penduduk. Oleh sebab itu, jumlah mereka harus terus digenjot. Ketersediaan insiyur dan doctor yang memadai erat kaitannya dengan daya inovasi sebagai penggerak ekonomi Indonesia.

[caption id="attachment_303893" align="aligncenter" width="655" caption="Pak Agung sedang menjelaskan latar belakang Beasiswa LPDP"]

13979540491141537108

[/caption]

Anggaran beasiswa LPDP itu sendiri bersumber dari APBN, hibah, dan kerja sama dengan pihak lain dengan jumlah sebesar Rp15,6 trilliun yang dinyatakan sebagai “dana abadi”. Pengelolaannya didasarkan pada prinsip “induk dan telur”; induknya diupayakan untuk terus menerus bertelur. Tahun 2014 ini saja “telur” beasiswa ini mencapai Rp 1,95 trilliun yang dipakai untuk membiayai ribuan pelajar Indonesia. Dalam jangka panjang, beasiswa ini diproyeksikan mampu mencetak sumber daya manusia yang berkompeten di bidangnya untuk membawa Indonesia pada kemajuan.

Perlu diketahui, beasiswa LPDP bersifat holistik. Artinya, ia mencakup bermacam-macam pembiayaan berdasarkan pada kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Bagi yang hendak meneruskan pendidikan pasca sarjana, tersedia beasiswa Magister dan Doktor;  Beasiswa pengerjaan thesis dan disertasi untuk mereka yang akan/tengah menyelesaikan tugas akhir; Beasiswa Afirmasi diperuntukkan bagi pelajar yang berasal dari daerah 3T; Terluar, Tertinggal dan Terdepan, serta beasiswa bergengsi Indonesia Presidential Scholarsip (IPS)-untukinformasi lebih lengkap, klik di sini. Khusus Indonesia Presidential Scholarship diberikan kepada putra-putri bangsa terbaik yang diterima di 50 universitas top dunia, baik untuk jenjang pendidikan S2 maupun S3.

Perlu kerja keras, tapi hasilnya sungguh manis

“Kuota beasiswa Indonesia Presidential Scholarship (IPS) hanya 100 orang setiap tahunnya” ungkap Ibu Ratna Prabandari, Kepala Divisi Evaluasi Dana Pendidikan dan Beasiswa ketika menjelaskan seluk beluk beasiswa ini. Kuota yang terbatas ini diperebutkan secara sengit oleh sekitar 2000 pelamar dengan latar belakang yang beragam; freshgraduate, pegawai swasta, PNS, peneliti dan akademisi. Mereka semua memiliki kualifikasi yang sangat tinggi dengan torehan prestasi baik akademis maupun non akademis yang membanggakan. Namun demikian, jiwa kepemimpinan yang dibuktikan dengan keaktifan dalam berorganisasi juga mendapat porsi penilaian yang sama penting. Tentunya, hal ini tidak membuat ciut nyali para pembaca (baca: pemburu beasiswa), malah makin mengobarkan semangat untuk merebutnya karena best of the best lah yang berhak menyandang penerima beasiswa IPS.

Dari awal memang para pelamar beasiswa IPS sudah ditantang. Saat pendaftaran, mereka diharuskan sudah mengantongi Letter of Acceptance (LoA) dari salah satu universitas yang duduk di jajaran peringkat 50 besar dunia. Tetapi, bagi yang belum mendapatkannya, ia wajib mempunyai IPK minimal 3,5 (skala 1-4), dan kemampuan Bahasa Inggris yang sangat memadai yang dibuktikan dengan skor TOEFL-iBT: 94 atau skor TOEFL-ITP: 587 atau skor IELTS:7.  Wajar bila kemampuan berbahasa Inggris dituntut sangat tinggi karena pihak LPDP tidak mau penerima beasiswanya kelimpungan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan akademis di universitas tujuan nanti.

Menarik pula menyimak curhatan salah satu seorang Kompasioner yang keberatan dengan syarat tersebut. Ia melihat di daerah terpencil banyak pelajar cemerlang yang belum terfasilitasi dalam penguasaan bahasa Inggris sehingga syarat di atas menjadi ganjalan untuk kuliah di luar negeri. Menjawab hal itu, Ibu Ratna Prabandari mengemukakan bahwa LPDP juga tengah mendorong pemerintah daerah untuk melatih kemampuan bahasa Inggris putra-putri terbaiknya. Baru kemudian, LPDP akan memfasilitasi mereka untuk bisa belajar di luar negeri dengan menyediakan beasiswa.

Syarat lain yang harus diperhatikan dalam IPS adalah adanya batasan umur. Bagi pelamar beasiswa master maksimal berumur 35 tahun, dan 40 tahun untuk pelamar beasiswa doktor. Adapun fokus studi yang dibiayai adalah Ilmu Alam, Ilmu Terapan, Ilmu Formal, Ilmu Sosial, Ilmu Humaniora, dan Ilmu Agama. Lalu bagaimana proses seleksinya? Nah, seleksi IPS dilakukan dalam tiga tahap, yaitu seleksi administrasi, seleksi wawancara dan psikotes, serta program kepemimpinan. Dalam seleksi administrasi, para pelamar cukup melakukan registrasi online di website LPDP dan mengunggah dokumen yang dipersyaratkan, seperti transkrip nilai IPK, sertifikat kemampuan bahasa Inggris, dan ijazah. Selain itu, pelamar juga diminta menulis essai yang menggambarkan perannya untuk kemajuan Indonesia.

Lulus di seleksi administrasi, pelamar memasuki tahap wawancara dengan seorang psikolog dan profesor lulusan luar negeri. “Pelamar harus sudah tahu bidang studi apa yang akan dipelajari saat ditanya oleh pewawancara” jelas Ibu Ratna di sela-sela menjelaskan tahapan seleksi IPS. Poin ini sangat menentukan lulus tidaknya pewawancara karena mencerminkan tingkat kesiapannya untuk studi di luar negeri. Pihak LPDP tentunya tidak mau asal mengirim pelajar yang tidak memiliki study objective yang jelas karena hanya akan membuang-buang uang saja. Lucunya, meskipun yang tersaring ke tahap wawancara adalah orang-orang terpilih, tetap saja masih ada pelamar yang bingung menentukan bidang studi apa di universitas luar negeri jika ia diberi beasiswa. Hal ini terungkap dalam sesi diskusi dengan Ibu Ratna.

Program kepemimpinan adalah tahapan terakhir dalam rangkaian proses seleksi IPS. Tujuannya untuk menanamkan jiwa kepemimpinan dan mempertebal rasa nasionalisme agar penerima beasiswa tak tercerabut dari akar budaya Indonesia.  Berlangsung selama 12 hari dalam karantina, program ini mencakup beragam kegiatan, berupa pelatihan pengelolaan keuangan, menulis essai dan jurnal, pengenalan kehidupan di luar negeri, belajar kebudayaan Indonesia, company visit, dan jelajah bentang alam. Pelatihan kedisiplinan dan fisik semi-militer berupa baris-berbaris dan olah raga (jogging, push-up, sit-up, jalan jongkok dan sebagainya) juga diberikan dengan melibatkan unsur TNI sebagai instrukturnya. Di samping itu, para pelamar mendapat tugas individu maupun kelompok yang harus diselesaikan. Kebersamaan selama 12 hari digembleng diharapkan dapat membina rasa persaudaraan diantara para penerima beasiswa yang mampu bertahan hingga mereka lulus kuliah dan ketika bekerja untuk mengabdi kepada bangsa dan negara kelak. Untuk lolos di tahap terakhir ini, kuncinya adalah berperan aktif dalam segala bentuk kegiatan, menjalankan semua tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya, serta menaati segala peraturan.

Setelah lulus dari program kepemimpinan, pelamar secara resmi dinyatakan sebagai penerima IPS. Mereka berhak mendapatkan full tuition fee, health insurance, book allowance (10 juta per-bulan), thesis/ dissertation/ journal allowance, seminar allowance, dan tentunya living allowance. Untuk living allowance, jumlahnya disesuaikan dengan biaya hidup di masing-masing negara tujuan. Bagi Anda yang sudah berkeluarga bisa membawa maksimal dua anggota keluarga dan akan mendapat biaya tambahan sebesar 25% dari living allowance Anda. IPS sungguh murah hati bukan? Tapi tidak berhenti di sini saja loh, bonus tambahan siap menanti penerima beasiswa ini jika berhasil menembus 25 univesitas top dunia. Ia akan mendapatkan uang sebesar 2.500 US dollar. Ibu Ratna Prabandari menjamin tidak akan ada keterlambatan pengiriman uang beasiswa, karena semuanya ditangani secara langsung oleh pihak LPDP.

Indonesia Presidential Scholarship tidak menerapkan ikatan dinas bagi penerimanya. Namun begitu, mereka diharapkan mau kembali ke Indonesia untuk mengamalkan ilmunya bagi pembangunan negeri. Bila memang terpaksa tinggal di luar negeri karena alasan tertentu, mereka diminta memperluas jejaring internasional untuk membuka peluang pengembangan pendidikan dan penelitian bagi kemajuan Indonesia. Seringkali, komunitas penerima IPS juga diuji komitmennya oleh pihak LPDP untuk ikut serta memikirkan dan memberikan solusi terhadap permasalahan negeri dalam bentuk proyek, seperti konservasi sumber air masyarakat Badui di Banten yang mulai terancam keberadaannya oleh pembangunan kawasan.

[caption id="" align="aligncenter" width="200" caption="Muhammad Firman Kasim, Kompasioner penerima Indonesia Presidential Scholarship.Sumber: Kompasiana.com"]

Sumber: Kompasiana.com

[/caption]

Sebagai penggugah inspirasi, saya kisahkan seorang Kompasioner yang menerima IPS. Namanya Muhammad Firmansyah Kasim, pelajar muda Indonesia yang kini tengah mendalami Fisika Partikel di Universitas Oxford, Inggris. Deretan prestasi yang begitu luar biasa di bidang Fisika berhasil ia torehkan, antara lain meraih medali emas pada International Junior Science Olympiad tahun 2005 di Yogyakarta dan merebut medali perak dalam ajang International Physics Olympiad, Singapore tahun 2006. Medali emas pernah pula ia persembahkan bagi Indonesia dalam International Physics Olympiad tahun 2007 di Beijing, Cina. Sewaktu kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), ia berkesempatan melakukan penelitian di lembaga penelitian nuklir terbesar Eropa, CERN. Segudang prestasi Muhammad Firman Kasim tak lantas membuatnya jumawa. Diakui oleh Ibu Ratna, Firman adalah pribadi rendah hati yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kondisi Indonesia.

Bagaimana pembaca? Apakah tertarik untuk melamar IPS?. Jika iya, maka Anda harus bergegas karena deadline beasiswa ini tanggal 20 April 2014 untuk penerimaan tahun ini. Informasi lebih lanjut terkait IPS bisa dibaca di sini. Bila memang dirasa sudah mepet, tidak perlu berkecil hati karena di tahun-tahun mendatang beasiswa ini masih akan tetap ada. Sisa waktu yang panjang dapat digunakan untuk melamar universitas idaman, meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan mengukir prestasi yang menguatkan Anda memang layak dipilih menjadi salah satu penerima IPS. Semuanya tidak akan sia-sia, jika kita mau berdoa dan berusaha.

Selamat berkompetisi & semoga sukses!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline