Miris hati ini mendengar kabar tentang Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK terhadap Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di mana harapan untuk menjadikan nilai agama Islam menjadi norma berpartai runtuh berkeping.
Harapan untuk memperjuangkan banyak hal kepentingan ummat Islam untuk mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya setidaknya pupus.
Di mana sebelumnya Ketua Umum PPP Suryadharma Ali juga tersandung kasus korupsi dana haji dan sedang menjalani hukuman. Dan kasus ini tidak menjadi pelajaran bagi politisi dari PPP. Ibarat kata tersandung dua kali dengan jabatan yang sama dan kasus yang berhubungan dengan Kementerian Agama yang mengurusi agama Islam dan agama lainnya.
Apakah ini sebuah balasan terhadap politisi dari Partai Islam? Apakah ajaran Agama Islam yang begitu agung dalam pengamalan hanya menjadi senjata untuk sebuah keserakahan dalam kekuasaan? Di mana nilai dan simbol agama menjadi komoditi lima tahunan untuk mendapatkan secuil kekuasaan? Dan masih banyak pertanyaan demi pertanyaan yang bergelayut dan butuh jawaban.
Himbauan ulama dan pemuka agama Islam untuk dapat menyalurkan aspirasi dan mandat mengurusi urusan umat dalam bernegara dalam pemilu. Pilihan tetap mesti diberikan. Namun sayang pilihan ini mesti bergeser dan tidak lagi terpukau dengan simbol-simbol agama.
Sebab golput dan tidak memberikan pilihan juga adalah sikap kurang baik. Ada kaidah yang mungkin menjadi pertimbangan bagi saya saat ini. Memilih yang banyak kebaikan dan sedikit keburukan dari jejak politisi dari Partai Islam.
Mesti telusur lagi program kerja yang ditawarkan oleh Partai Islam selain PPP untuk DPR RI lima tahun mendatang. Ada saran?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H