Lihat ke Halaman Asli

Anjar Setyaningrum

Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Mbah Dul Karim, Sosok Spiritual Desa Jambuwer

Diperbarui: 15 Juni 2024   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jambuwer adalah sebuah desa indah yang terletak di lereng gunung Kawi. Desa ini terkenal karena tokoh spiritualnya, yaitu Mbah Dul Karim. Beliau memiliki banyak pengikut dari berbagai kota di sekitar Jawa Timur. Surabaya, Sidoarjo, Pati, Blitar, Kediri, dan berbagai kota lainnya merupakan kota yang banyak mengikuti Mbah Dul Karim. Selain dikenal karena keilmuannya, Mbah Dul Karim juga terkenal karena kebaikannya. Meskipun pada masa mudanya beliau pernah terlibat dalam tindakan pencurian. Namun, Mbah Dul Karim tidak pernah mau melakukan pencurian kepada para tetangga di daerah sekitar Jambuwer. Beliau selalu melakukan pencurian di tempat orang-orang Cina kaya ataupun di pabrik-pabrik.


Suatu ketika pada saat zaman Belanda, Mbah Dul Karim pernah tertangkap oleh pihak Belanda lalu dibakar among gamping dan tidak terjadi apa-apa. Mbah Dul Karim juga pernah ditarik mobil oleh orang Belanda dari sisi kanan dan kirinya, dan berakhir tidak apa-apa pula. Dan ketika Mbah Dul Karim melakukan pencurian, orang-orang yang mengejar beliau tidak pernah berhasil. Ketika Mbah Dul Karim lari ke timur, yang mengejar lari ke barat. Hal tersebut merupakan beberapa kesaktian yang dimiliki oleh Mbah Dul Karim waktu itu yang menjadi sorotan masyarakat hingga saat ini.
Kenakalan yang dilakukan oleh Mbah Dul Karim tidak hanya untuk dirinya sendiri, beliau pernah mencuri demi membuatkan rumah untuk warga miskin bernama Mpu Gludug. Mbah Dul Karim melakukan kegiatan yang dinilai tidak baik oleh norma, akan tetapi hasil yang didapatkan diberikan kepada warga yang tidak mampu. 

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia, Mbah Dul Karim telah sadar dan bertaubat sehingga beliau dikenal sebagai sesepuh di desa Jambuwer. Sehingga setiap bulan Suro tanggal sepisan diadakan pertunjukan wayang di desa Jambuwer ini. Dulu waktu zaman Mbah Dul Karim masih hidup, pertunjukan wayangan ini diadakan tujuh hari tujuh malam. Selain itu juga diadakan sedekah bumi di Ambayakan. Hasil bumi yang didapatkan akan dibagi-bagikan ke warga sekitar. Namun, untuk orang-orang yang jauh dari Jambuwer, tetap mendapatkan kemudahan dalam berbagai hal, seperti keinginan untuk sukses dengan membawa tanaman dari desa Jambuwer, banyu penguripan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan lain sebagainya. Cara tersebut benar-benar bisa manjur. Mbah Dul Karim pernah berkata, kalau percaya ya ke sini bakal manjur, tapi kalau tidak ya tidak perlu ke sini.

Pada masa kepemimpinan Mbah Dul Karim menjadi Jogoboyo atau kepala keamanan desa, beliau dikenal karena keberhasilannya menangkap pencuri. Setiap pencuri yang ada selalu tertangkap oleh Mbah Dul Karim, beliau menggunakan ilmu poncokapli. Setelah pensiun dari posisinya sebagai Jogoboyo, Mbah Dul Karim mendirikan Padepokan untuk mengajarkan ilmu kebatinan kepada murid-muridnya. Ia juga dikenal sebagai seseorang yang dermawan, beliau menyumbangkan hartanya untuk pembangunan infrastruktur desa dan membantu warga sekitar dalam berbagai hal. 

Mbah Dul Karim memiliki kebiasaan unik dalam melayani tamu atau murid yang datang ke padepokannya. Jika tamunya tidak segera mengonsumsi makanan atau minuman yang disediakan, beliau akan merapikan kembali dan menyimpannya. Bahkan, jika tamu tersebut kembali keesokan harinya, Mbah Dul Karim tidak akan menawarkan makanan atau minuman lagi, Serta ketika beliau mendapati orang-orang yang ramai ketika menonton TV, beliau selalu tiba-tiba mematikan TV nya. Mbah Dul Karim juga merupakan sosok yang sangat kaku. Sehingga kalau diperumpamakan dalam wayang, beliau sebagai Werkudoro. Mbah Dul Karim dianggap sebagai sosok Wekudoro di alam desa Jambuwer ini.

Kepergian Mbah Dul Karim meninggalkan jejak yang mendalam bagi sejarah desa Jambuwer dalam memperkuat keyakinan akan kebaikan dan kesaktiannya yang legendaris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline