Lihat ke Halaman Asli

Veeramalla Anjaiah

TERVERIFIKASI

Wartawan senior

Petani Pakistan Berada dalam Kesulitan Besar Akibat Meningkatnya Biaya Produksi dan Impor Pangan

Diperbarui: 2 Juli 2024   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para petani Pakistan sedang berpose di ladang mereka. | Sumber: harvestplus.org

Oleh Veeramalla Anjaiah

Para petani di Pakistan sedang menghadapi kesulitan keuangan karena meningkatnya biaya produksi dan berkurangnya hasil panen mereka. Yang turut menyebabkan kesengsaraan mereka adalah kebijakan pemerintah Pakistan mengenai impor pangan, kurangnya pasokan bahan pangan dan dampak buruk perubahan iklim, lapor kantor berita The Kheema.

Alam juga tidak bersahabat dengan para petani. Hujan yang terlalu dini akan merusak hasil panen. Kenaikan harga produk minyak bumi, listrik, tenaga kerja dan mesin pertanian yang belum pernah terjadi sebelumnya juga memberikan dampak buruk bagi para petani.

"Biaya produksi telah meningkat 100 hingga 150 persen dalam 12 hingga 18 bulan terakhir," lapor The Kheema melaporkan mengutip Dewan Sindh Abadghar (SAB), sebuah organisasi pertanian.

Menurut surat kabar Dawn, tahun lalu para buruh mengenakan biaya sebesar Rs 1.000 di Pakistan untuk satu hari, namun sekarang upah harian mereka telah meningkat menjadi Rs 1.500, katanya, seraya menambahkan bahwa 'sekaleng oli mesin' untuk traktor yang tersedia di pasar hingga harga Rs 4.500 pada musim sebelumnya juga meroket menjadi Rs 5.500. Selain itu, filter oli baru harganya Rs 950, bukan Rs 150 di tahun lalu.

Raja Zainul Abideen, seorang petani Pakistan, mengatakan kepada Dawn bahwa para petani kecil sangat terpukul akibat meningkatnya biaya pertanian. Ia mengatakan bahwa pemilik lahan kecil tidak mampu membeli pupuk urea, DAP, atau mengolah tanahnya lima kali agar lahannya layak untuk disemai akibat inflasi.

Tahun lalu di bulan Mei, tingkat inflasi di Pakistan berada pada angka 38 persen.

Karena kenaikan biaya bahan bakar dan sewa traktor, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan lahan mereka dengan baik, sehingga berdampak buruk pada hasil panen.

Harga urea pun ikut meroket. Misalnya, satu karung pupuk DAP seberat 50 kg berharga Rs 7.000 pada tahun 2022 sementara pada tahun 2023 menjadi Rs 15.000-16.000.

Menurut Pakistan Kissan Ittehad (PKI), sebuah serikat petani, biaya produksi meningkat dua kali lipat dalam satu tahun sementara harga tanaman utama seperti gandum, jagung dan kapas turun rata-rata 25 persen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline