Lihat ke Halaman Asli

Veeramalla Anjaiah

TERVERIFIKASI

Wartawan senior

Pakistan yang Kekurangan Uang Menyerah pada IMF, Setuju untuk Menaikkan Pajak

Diperbarui: 17 Februari 2023   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Pakistan demo di kota Karachi, Pakistan, menuntut penurunan harga bensin, listrik dan kebutuhan barang sehari-hari. | Sumber: rferl.org

Oleh Veeramalla Anjaiah

Perekonomian Pakistan sedang berada di unit perawatan intensif (ICU). Tingkat inflasi mencapai 27,6 persen pada bulan Januari 2023, tertinggi dalam 48 tahun. Lembaga pemeringkat Moody's memprediksi inflasi bisa mencapai 33 persen pada paruh pertama 2023.

Harga makanan, daging, susu, obat-obatan, bensin, gas dan listrik meroket karena orang-orang tidak mampu membayar harga tinggi ini.

Pada tanggal 13 Februari, Pakistan menaikkan harga gas hingga 113 persen untuk memulihkan rupee Pakistan (PKR) 310 miliar (AS$1,16 miliar) dalam enam bulan. Pada tanggal Februari 16, Pakistan menaikkan harga bensin ke PKR 272 per liter dari PKR 249.90 per liter sementara harga diesel ke PKR 280 per liter dari PKR 262.80 per liter.

Banyak orang di Pakistan mengalami hari-hari kelam karena banyak perusahaan China menutup pembangkit listrik mereka akibat masalah pembayaran dari pihak Pakistan.

Cadangan devisa anjlok menjadi hanya $2,9 miliar pada 3 Februari 2023, penurunan besar dari $20 miliar pada akhir Agustus 2021. Nilai tersebut cukup untuk membayar impor hanya 17 hari.

Rupee Pakistan saat ini diperdagangkan pada 265,86 per dolar AS, penurunan besar dari 104,66 PKR per satu dolar pada bulan Februari 2016.

Bank sentral Pakistan State Bank of Pakistan telah menaikkan bunga utamanya di Januari 2023 sebesar 100 basis poin menjadi 17 persen untuk mengendalikan tekanan harga yang terus-menerus.

Menurut laporan surat kabar Al Arabiyah Post, total utang Pakistan sekarang lebih dari $250 miliar, termasuk $110 miliar utang luar negeri, dan harus membayar kembali utangnya sebesar $33 miliar, termasuk $15,5 miliar kepada pemberi pinjaman eksternal, pada tahun 2023.

Lembaga pemeringkat global Fitch telah menurunkan peringkat gagal bayar Pakistan menjadi "CCC-" dari "CCC+", tingkat risiko gagal bayar yang tinggi. Mereka mengutip semakin memburuknya risiko likuiditas dan kebijakan serta tekanan pada cadangan devisa sebagai alasan utama. Pada tanggal 14 Februari, lembaga pemeringkat lain Moody's menurunkan peringkat risiko Pakistan menjadi "CCC-" dari "CCC+" akibat memburuknya likuiditas, gejolak politik dan cadangan devisa yang cepat menurun.

Siapa yang bertanggung jawab?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline