Lihat ke Halaman Asli

Veeramalla Anjaiah

TERVERIFIKASI

Wartawan senior

Semakin Banyak Negara Bergabung dalam Boikot Diplomatik Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022

Diperbarui: 3 Januari 2022   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu tempat Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Provinsi Hebei, China Utara (AP PHOTO/NG HAN GUAN via KOMPAS.com)

Karena Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 semakin dekat, semakin banyak negara turut bergabung dalam boikot diplomatik Olimpiade Beijing, suatu bentuk protes baru di mana para atlet akan tetap berpartisipasi dalam Olimpiade seperti biasa tetapi para pemimpin pemerintah dan pejabat senior tidak akan menghadiri acara tersebut.

Beberapa negara memprotes kekejaman China terhadap Muslim Uighur, Tibet dan Mongol di China serta kepada aktivis pro-demokrasi di Hong Kong.

Medali emas, perak dan perunggu yang akan diberikan kepada para pemenang di Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing. | Sumber: IOC

Dengan motto "Bersatu untuk Masa Depan Bersama", Olimpiade Musim Dingin XXIV atau Olimpiade Musim Dingin 2022 yang juga dikenal sebagai Beijing 2022, akan diadakan pada tanggal 4-20 Februari 2022 di Beijing.

Olimpiade Musim Dingin tidak sepopuler Olimpiade Musim Panas karena olahraga musim dingin hanya populer di beberapa negara. Hanya 86 negara dari 206 anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang akan berpartisipasi di dalam Olimpiade Beijing 2022.

Indonesia tidak ambil bagian di Beijing 2022 tetapi Malaysia, Filipina, Thailand dan Timor Leste dari Asia Tenggara berpartisipasi dalam Beijing Games.

Banyak negara, kelompok hak asasi manusia menuduh bahwa China, sebuah negara yang diperintah oleh Partai Komunis yang kejam, telah melakukan genosida terhadap Muslim di wilayah Xinjiang, yang sebelumnya dikenal sebagai Republik Turkestan Timur. Negara tersebut dianeksasi oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pada tahun 1949. 

Xinjiang adalah provinsi terbesar di China dengan sumber daya alam yang sangat besar. Mayoritas orang di Xinjiang adalah Uighur, sebuah kelompok etnis Turki dan agama utama mereka adalah Islam. Komunis China yang merupakan negara atheis tidak menyukai Islam dan budaya Uighur. 

Muslim Uighur di salah satu kamp re-edukasi di kota Urumqi, Xinjiang, China. | Sumber: BBC

Beberapa aktivis di Xinjiang ingin memulihkan kemerdekaan mereka dan mengangkat senjata melawan Komunis China. Sebagai tanggapan, China telah menindak keras komunitas Uighur selama bertahun-tahun. Orang-orang dilarang menjalankan agama, budaya dan bahkan dilarang berbicara dalam bahasa Uighur. Puasa selama bulan suci Ramadhan dan menumbuhkan jenggot tidak diperbolehkan. Pada banyak kesempatan, otoritas China memaksa Muslim Uighur untuk makan daging babi, yang haram bagi Muslim. 

Tentara China membunuh ribuan orang Uighur dan menempatkan jutaan orang dalam penahanan massal, menyiksa dan memperkosa wanita Uighur. Pihak berwenang memaksa para wanita Uighur untuk menggunakan kontrasepsi dan sterilisasi. Beijing telah memindahkan jutaan orang mayoritas Han ke Xinjiang selama periode waktu tertentu. Kini warga Uighur menjadi minoritas di wilayah mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline