Oleh Veeramalla Anjaiah
Apakah konflik antara China Komunis dan Taiwan yang demokratis menyebar ke negara Kepulauan Solomon di Pasifik Selatan?
Sepertinya begitu jika kita melihat apa yang terjadi dari 24 hingga 26 November di Honiara, ibu kota Kepulauan Solomon.
Pada awalnya, ada protes rakyat terhadap pemerintah tetapi dengan cepat berbalik melawan orang China yang tinggal di Kepulauan Solomon.
Menurut surat kabar Solomon Star, banyak orang China dan keluarga-keluarga telah kehilangan segalanya dan juga kehilangan tempat tinggal setelah terjadinya penjarahan dan pembakaran toko-toko serta properti yang meluas minggu lalu.
Para perusuh membakar seluruh China Town di Honiara dan polisi menemukan tiga mayat pada hari Sabtu (27 November) di antara puing-puing.
Asosiasi China Kepulauan Solomon (SICA) mengeluarkan pernyataan yang mengutuk kekerasan dan penjarahan pada tanggal 28 November.
"SICA mengutuk, dalam istilah yang sekuat mungkin, penjarahan dan pembakaran toko dan properti yang tidak masuk akal yang telah membahayakan nyawa banyak individu serta keluarga yang tidak bersalah, termasuk penduduk asli Kepulauan Solomon. Banyak individu dan keluarga China telah kehilangan segalanya dan juga kehilangan tempat tinggal," kata SICA.
Australia, Fiji dan Papua Nugini mengerahkan polisi dan pasukan keamanan untuk memulihkan perdamaian di negara kepulauan tersebut. Situasi sekarang sudah kembali normal.
Mengapa orang China menjadi sasaran utama para perusuh?