Sepekan terakhir, kita disuguhkan informasi mengenai 'diusirnya' tim bulutangkis Indonesia dari ajang Yonex All England 2021 yang digelar di Birmingham, Inggris. Beberapa atlet Indonesia menyatakan kekecewaannya sekaligus menuntut federasi Bulutangkis dunia, BWF, untuk menjelaskan serta bertanggungjawab atas hal yang menimpa tim Indonesia.
Persiapan matang, biaya transportasi serta waktu seakan terbuang percuma dalam mempersiapkan diri serta tim untuk menghadapi salah satu event bulutangkis paling bergengsi di dunia tersebut. Maklum saja, ajang All England merupakan turnamen tertua dalam dunia bulutangkis, pertama kali diselenggarakan pada tahun 1899, dan saat ini berpredikat super 1000 yang merupakan level tertinggi dalam dunia bulutangkis.
Tiap tahunnya, ajang All England tentu menjadi salah satu panggung bagi para atlet bulutangkis dari seluruh dunia untuk menunjukan performa terbaiknya, tentu untuk mengejar ranking, hadiah besar, serta ambisi-ambisi yang ingin diraih termasuk reputasi. Bukan sekadar reputasi dan nama baik dari para atlet saja, namun juga para atlet tersebut membawa bendera negara mereka masing-masing. Menjadi ajang pembuktian negara mana yang paling berkuasa atas bulutangkis.
Kembali ke kasus 'diusirnya' tim Merah Putih dari ajang All England 2021, bermula dari ada indikasi dari pemerintah Inggris, khususnya badan NHS (layanan kesehatan masyarakat di Inggris) yang mengindikasikan bahwa tim Indonesia melakukan penerbangan bersama seseorang yang terkonfirmasi positif Covid-19 ketika melakukan penerbangan dari Turki menuju inggris.
Beberapa pemain Indonesia telah bertanding dan sudah memastikan diri lolos ke babak berikutnya namun atas informasi dari NHS tersebut, maka seluruh atlet Indonesia diwajibkan untuk diisolasi mandiri di hotel mereka masing-masing, yang artinya, bahwa pemain Indonesia yang sudah lolos sekali pun tidak diizinkan main di babak selanjutnya sekali pun sudah lolos.
Padahal, sesampainya di Birmingham, pemain Indonesia telah melakukan tes dan hasilnya mereka semua negative. Namun karena peraturan pemerintah Inggris yang mewajibkan setiap orang yang kontak dengan orang yang terindikasi positif covid-19 harus dikarantina, maka termasuk atlet Indonesia pun perlu dikarantina.
Ya, amat sangat menyedihkan, kembali dikatakan bahwa persiapan matang, biaya transportasi serta waktu seakan sudah terbuang percuma setelah sampai di Birmingham, kemudian sebagian atlet telah bertanding dan lolos ke babak selanjutnya, namun harus dikarantina dan seakan 'diusir' dari ajang tersebut. Padahal, tujuan atlet kesana adalah untuk membuktikan bahwa mereka, mewakili negara Indonesia, adalah negara yang kuat dan saat ini menjadi kekuatan besar dalam kancah bulutangkis dunia. Namun sayang seribu sayang kasus ini terjadi.
Ajang All England sendiri telah selesai, menghasilkan 4 juara dari Jepang, dan 1 juara dari Malaysia. Netizen Indonesia pun menjuluki ajang All England 2021 menjadi ajang All Japan 2021, karena didominasi pemain Jepang.
Ya, ajang All England 2021 telah selesai, selesai dengan segala permasalahan, kekurangan serta kejanggalan yang ada, termasuk adanya indikasi kecurangan dan diskiriminasi atas atlet Indonesia, namun yang terpenting adalah para atlet Indonesia telah tiba di Tanah Air kemarin sore.
Mereka telah pulang, memang tidak membawa poin, memang tidak membawa hasil atau pun piala juara, memang tidak bisa ditutupi kekecewaan mereka yang pastinya sangat haus akan gelar bergengsi sekelas All England, namun mereka, para atlet Indonesia, tetap merupakan atlet-atlet terhebat yang pernah kita miliki, dengan segala prestasi, penghargaan serta etika yang mereka miliki selama ini, respect dengan siapa pun yang berhadapan dengan mereka, itu sudah cukup bagi masyarakat Indonesia.