Lihat ke Halaman Asli

Dalvin Steven

Positif Realistis

Generasi Emas Lagi-lagi Kandas

Diperbarui: 22 November 2018   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stefano Lilipaly. (Sumber Gambar : jogja.tribunnews.com)

Kalah 0-1 menghadapi negeri Singa, Singapura, menang 3-1 dari Timor Leste, dan kemudian kembali menelan kekalahan menyakitkan dari Negeri gajah Putih, Thailand. Demikianlah 3 hasil pertandingan Timnas Indonesia di kancah Suzuki AFF Cup 2018. Tersisa 1 pertandingan menghadapi Filipina dilaga terakhir, namun hasil apa pun nanti tidak akan mengubah nasib Stefano Lilipaly Dkk yang sudah dipastikan angkat koper dari ajang 2 tahunan tersebut. 

Dengan koleksi 3 poinnya, Timnas Garuda 'menggantungkan nasib' pada pertandingan Filipina vs Thailand semalam. Namun, hasil big match tersebut berakhir imbang, yang membuat keduanya mengoleksi 7 poin. Artinya, sudah tidak akan mungkin lagi dikejar oleh Indonesia dengan 1 pertandingan tersisa. 

Membahas internal skuad Garuda di tahun ini, komposisinya tidak kalah mumpuni dibanding AFF Cup pada edisi-edisi sebelumnya. Era 'hampir' emas dalam 1 dekade terakhir Timnas Indonesia dimulai tahun 2010, saat Christian Gonzales menjadi pemain naturalisasi kala itu. Bersama pemain naturalisasi lainnya yang memiliki orang tua berdarah Indonesia, yaitu Irfan bachdim, duet mereka menjadi neraka bagi tim lawan.

Pada laga pembuka, mereka berhasil memimpin Timnas Indonesia membantai musuh bebuyutan, Malaysia, dengan skor 5-1 di SUGBK. Bahkan, timnas Vietnam dan Thailand pun keteteran kala itu. Singkat cerita, sampailah kita di final dan tinggal selangkah lagi merengkuh gelar petama. Namun sayang, Harimau Malaya mengamuk di kandangnya, balas dendam 3-0, kemudian Indonesia menang 2-1 di SUGBK. Namun, kemenangan agregat memastikan Malaysia merebut gelar AFF pertamanya. 

Edisi berikutnya, Andik Vermansyah, Okto Maniani, John Van beukering, Tonnie Cussell, dan kembali Irfan Bachdim di Piala AFF 2012 pun nyatanya tidak lebih baik. Malah, tersingkir di grup setelah kalah saing dengan Singapura dan lagi-lagi Malaysia.

Pada tahun 2014, pemain naturalisasi lama dan baru ditandemkan dalam satu skuad, yaitu Sergio Van Dijk dan Christian Gonzales. Ditopang lini tengah yang segar, kreatif serta pengalaman seperti Evan dimas, Zulham Zamrun, juga Ramdani Lestaluhu tidak membuat Timnas kita berjaya. Lagi-lagi mentok di posisi 3 klasmen grup, setelah Vietnam dan Filipina merebut tempat ke semifinal kala itu.

edisi 2016, muncul nama Stefano Lilipaly, Lerby Aliandry, serta bek yang saat ini direkrut klub Thailand, Yanto basna. Banyak lagi pemain muda nan daya juang tinggi di timnas kala itu. Jika diingat-ingat, kala itu persiapan Timnas sangat mepet, dikarenakan baru saja lepas dari sanksi FIFA. di fase grup, Indonesia mendampingi Thailand menuju semifinal.

Langkah mengejutkan Lilipaly Dkk dengan persiapan yang serba kepepet, mereka mampu menembus fase grup ditengah bisikan pesimis masyarakat Indonesia kala itu. Kejutan kembali diciptakan saat itu, Indonesia mengatasi Vietnam dalam drama 90+90+30 menit pertandingan (2 leg + 2 babak perpanjangan waktu). Indonesia melangkah ke final setelah unggul 4-3.

Di sisi lain, raksasa Asia Tenggara yang sedang superior kala itu, Thailand, menggilas Myanmar 6-0 dalam 2 leg semifinal. Kembali dipertemukan setelah bertemu di fase grup dengan hasil 4-2 untuk Thailand. Tak perlu bicara banyak, Timnas sudah berjuang keras ditengah waktu persiapan yang sangat kurang, mereka membuktikan diri membayar lunas sanksi FIFA bahwa Indonesia layak diperhitungkan kembali. 

BOM! Pada final leg pertama antara Garuda menghadapi Gajah Putih mengejutkan banyak pihak dimana Sang Garuda unggul 2-1. Optimisme skuad Opa Riedl kala itu ditambah semangat dari masyarakat Indonesia yang begitu merasakan euforia rindu melihat Timnas tampil bahkan jadi juara sepertinya akan terobati. Sayang seribu sayang, Thailand terlalu gagah di kandangnya. Indonesia dihajar 2-0 sehingga membuat Thailand unggul agregat 3-2 atas anak asuh Riedl. Pedih dan menyakitkan. 

Dan di tahun ini terulang kembali dimana Timnas kita punya banyak bintang. Baik tua atau pun muda, mereka berkontribusi di klub masing-masing, dan haus akan juara, namun sayang semua sirna kala kita kalah 0-1 oleh Singapura dan hancur 4-2 di tangan Thailand. Beto Goncalves, Stefano Lilipaly, Andik Vermansyah, dan kawan-kawan lainnya. Lagi-lagi dan lagi-lagi... Tidak tahu salah dimana, namun satu yang pasti, masyarakat rindu Timnas kesayangannya mengangkat trofi ditingkat senior.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline