Lihat ke Halaman Asli

Anitasari

Mahasiswa

Pendidikan Seni di Sekolah Dasar, Kunci Keseimbangan Belajar Antara Otak Kiri dan Kanan

Diperbarui: 15 Oktober 2024   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anitasari (Mahasiswa) & Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd., Dr (Dosen Pengampu) 

Pendidikan seni di tingkat sekolah dasar saat ini semakin mendapat perhatian, terutama dengan diterapkannya Kurikulum Merdeka yang menetapkan seni sebagai mata pelajaran wajib dari jenjang SD hingga SMA/SMK.  

Inklusi seni sebagai mata pelajaran wajib mulai tingkat SD hingga SMA/SMK menunjukkan adanya kesadaran akan pentingnya keseimbangan antara pengembangan kemampuan kognitif dan kreativitas dalam proses belajar. Pendidikan seni tidak lagi dipandang sebagai kegiatan pembantu, melainkan kegiatan utama dalam membangun kesatuan individu secara intelektual dan emosional.

Mengapa Pendidikan Seni Penting?

Seni memainkan peran penting dalam membentuk otak kanan yang bertanggung jawab atas kreativitas, imajinasi, dan intuisi. Di sisi lain, otak kiri cenderung fokus pada logika, analisis, dan bahasa. 

Keseimbangan antara kedua belahan otak inilah yang diharapkan dapat dicapai melalui Kurikulum Merdeka. Seni memberikan ruang bagi anak-anak untuk berpikir di luar batasan konvensional, menciptakan gagasan baru, serta mengekspresikan emosi dan ide dengan cara yang unik.

Dalam proses kesenian ini, anak-anak belajar memecahkan masalah melalui bunyi dalam musik, gerak dalam tari, dan warna dalam seni rupa. Proses ini menuntut mereka menggunakan kemampuan kritis dan logika sekaligus kreativitas. 

Di sinilah letak pentingnya seni: ia membantu menciptakan keseimbangan antara kemampuan kognitif dan kreatif, yang pada akhirnya dapat membentuk generasi yang berpikir fleksibel, inovatif, dan adaptif terhadap tantangan dunia modern.

Seni dan Kognisi: Hubungan yang Erat

Masyarakat pada umumnya, terutama orang tua, masih sering memosisikan pendidikan seni sebagai mata pelajaran sekunder dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya yang dianggap lebih "akademis" seperti matematika, sains, atau bahasa. 

Orang tua lebih fokus kepada kemampuan kognitif yang sempit terbatas pada kemampuan berhitung dan membaca dengan tidak menyadari bahwa seni adalah alat penting dalam mengembangkan kemampuan tingkat tinggi dalam cara berpikir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline