Lihat ke Halaman Asli

Anita safitri

Menulis adalah sebuah teraphi positif untuk setiap luka

Orangtua, Jangan Takut ke Rumah Sakit Jiwa

Diperbarui: 12 Oktober 2020   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Akhir-akhir ini permasalah pada anak semakin menjadi sorotan, mulai dari kasus-kasus ringan sampai pada kasus pembunuhan banyak melibatkan anak-anak di bawah umur.

Menjadi penting untuk orang tua mengetahui setiap prilaku tidak wajar yang di munculkan oleh anak-anak kita. Sebagai orang tua sudah saatnya memberikan contoh yang baik untuk prilaku anak seperti yang orang tua inginkan.

Kadang hal sepele menurut kita belum tentu menjadi gampang pada seorang anak, ini yang sering menjadikan orang tua kadang berada pada pilihan yang sulit. Dengan menyamakan kemampuan kita menyelesaikan masalah dengan anak adalah bukan hal yang benar, sering orang tau mengatakan "ah itu aja pun".

Adakalanya hal kecil bagi orang tua menjadi malapetaka bagi anak, disini peran orang tua di tuntut untuk dapat menempatkan diri sesuai dengan usia anak.

Di sisi lain mindset atau stigma dari masyarakat juga membuat banyak orang tua memilih berkunjung pada psikolog atau psikiatri yang berada di luar ruang sakit jiwa.

Menjadi orang tua yang bijaksana justru lebih susah di saat kita harus memilih antara bagaimana "kata orang" dari pada kebaikan u tuk anak kita. Dilema ini yang cendrung memenuhi ruang hampa bagi orang tua anak dengan gangguan mental baik organik maupun non organik.

Beberapa kasus di bawah ini yang menjadi alasan bagi orang tua untuk mengunjungi psikiater  atau psikolog.

1. Gangguan sprektrum autisme
Mungkin sebutan ini sudah sangat familier bagi sebagian masyarakat, bahkan di kota-kota besar saat ini banyaj orang  tua yang memiliki anak dengan gangguan ini memiliki komunitas.

Kasus ini banyak bermunculan setelah adanya poli psikiatri anak dan remaja, dengan berbagai alasan. Mulai dari tantrum yang di munculkan oleh anak yang sudah tidak bisa dikendalikan, emosi yang berlebihan dan lain sebagainya.

Tidak ada yang salah juga bagi orang tua yang memilih tidak menggunakan teraphi farmakologi dalam menangani maslah autis ini, karena banyak juga oranb tua yang berhasil tanpa obat -obatan.

2. Disabilitas intelektual
Selama ini mungkin kita hanya mengaitkan dissabiltas dengan kecacatan fisik dan jarang sekali perduli terhadap disabilitas inteletual. Dimana kasus ini saat ini banyak bermunculan, gejala sering di munculkan anak antara lain: mengalami penurunan intelektual terhadap hampir semua prilakunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline