Lihat ke Halaman Asli

Sampai Jumpa Kawan

Diperbarui: 9 Maret 2023   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini mendengar kabar bahwa Mimi meninggal dunia. Siti Ma'rifatul Ilmi. Teman baik, teman tercantik di sekolah, dan sangat perhatian. Sekitar satu tahun lalu, suaminya meninggal dunia. Aku sudah lama tidak berjumpa. Tapi, beberapa bulan lalu, aku, vivi, dan stefanus sempat menelponnya. Kami berencana untuk bertemu. Tapi itulah rencana, terkadang tidak datang sesuai kehendak kami yang terus menunda-nunda. Usia memang tidak ada yang menyangka. Terkadang baru berapa jam di dunia sudah tiada, begitu pun dengan teman sekolah, sampai akhirnya tua, kita tidak akan luput dari kematian.

Hidup memang sementara, maka setinggi apapun raihan, bersyukur aku merasa biasa saja. Bukan berarti tidak menghargai tapi lebih kepada ya biasa saja. Puja puji hanya untukNya. Kita sekedar sosok yang dicontohkan dalam permainannya untuk makhluk lain yang mampu melihat, pernah bertemu, atau sekedar merasakan.

Waktu sekolah dulu, satu hal yang paling aku ingat bersama Mimi adalah ketika berhasil mempersatukan kembali pertemanan antara Mimi dan Shiela. Keduanya wanita popular di sekolah. Selain cantik, mereka pintar dan banyak teman. Beruntung, aku bisa bergaul dengan siapapun. Mulai dari geng yang paling disegani sampai anak cupu yang tertawa pun mereka malu. Soal pertemanan, aku tidak pandang bulu.

Saat itu, entah mengapa aku lupa asal usul mereka diam-diaman selama sekian bulan. Meski mereka dalam tengkar, aku tetap berteman dengan keduanya. Mimi memang pernah menghilang misterius. Sekitar satu bulan lebih dia menghilang, tidak masuk kelas. Ia pun menjadi perbincangan hangat di sekolah. Hingga akhirnya, aku yang penasaran mencoba menelisik di mana rumahnya. Dengan beberapa teman, aku sempat menelusuri. Sepertinya waktu itu, hubungan dia dengan keluarganya sedang tidak baik.

Selang berganti hari, Mimi nan cantik jelita, kembali masuk sekolah. Kesenjangan antara Mimi dan Sheila semakin renggang, hingga suatu hari aku merencanakan sesuatu, agar mereka bisa bersama kembali. Aku lupa momen persisnya. Kala aku berhasil membuat skenario hingga akhirnya mereka harus berbicara, di saat itulah aku memberi bumbu canda hingga akhirnya mereka mesem-mesem, sedikit tertawa, lalu saling cerita dan saat mereka berpelukan, itulah momen haru kami bertiga. Dulu rambut kami panjang semua, sesekali dipanggil geng rambut panjang. hahahaa Oh tuhan, indahnya masa-masa emas saat sekolah.

Selain berteman dengan Mimi dan Shiela. Saat itu, aku juga dekat dengan ketua geng yang paling disegani dan ditakuti. Saat kelas 2 dan 3, Ia duduk di sampingku. Semua memanggilnya, Inonk. Perawakannya memang ditakuti, tapi banyak lelaki yang mau mendekatinya. Sudah tentu karena powernya di sekolah. Siapa yang saat itu tidak mengenal Inonk? Ah Inonk, hidupmu juga sebentar sekali di dunia ini. Lepas kami lulus, sesekali untungnya masih bertemu dan berbincang via sosial media.

Sekitar dua tahun lalu, Inonk dipanggil yang maha kuasa. Hidupku di sekolah hampir tak pernah susah. Selalu dalam pembelaan walau terkadang berteman dengan salah. Inonk, selalu menjadi garda terdepanku. Kalau ada yang tidak aku suka, dengan segera Ia akan menghampiri sampai akhirnya aku tidak tega. Jadi enggan mengadu kalau ada yang bikin kesel. Sebagai balas budi, aku hampir selalu memberi contekkan kalau ada PR atau ujian. Tapi saat ujian, mereka sudah tau kalau aku masih mengerjakan tidak akan diganggu. 

Nah apabila sudah selesai maka, hasil pemikiranku bisa sampai kursi paling belakang. Kalau mengerjakan esai, aku sudah berpesan dari awal untuk tidak menjiplak pol-polan karena khawatir ketauan. Meski sesekali aku pun kena teguran. Tapi, aku tidak begitu mempersalahkan. Walau tidak dibenarkan, bagiku momen ini begitu mengesankan. Apalagi kalau teringat beragam kode gerak gerik kami semua. Sungguh menegangkan tapi menantang.

Inonk si jagoan kini hidup abadi dalam pangkuan Tuhan. Begitu pun dengan Mimi. Semoga di alam sana kita bertemu lagi ya. Berbagi cerita tentang dunia yang begitu menyenangkan. Terima kasih telah menjadi pelipur hati, pelipur lara. Sampai jumpa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline