Film dokumenter yang diangkat Netflix ini menjadi fenomena menarik jika dikaitkan dengan kehidupan sosial saat ini. Keinginan memiliki harta yang serba instan ditambah lagi dengan gaya hidup layaknya seorang sultan menjadi alasan Simon Hayut dalam menjalankan tipu muslihatnya. Balutan merk ternama dan publikasi kesehariannya yang tak awam mampu menjadi magnet asmara hingga berhasil mencuri hati sejumlah wanita yang berkeinginan untuk memiliki gaya hidup serupa.
Sifat royal adalah modusnya. Dalam menjalankan aksinya, Simon dengan mudah menggelontorkan uang untuk mengejutkan para calon korbannya. Dengan borosnya, pria berusia 31 tahun ini menghabiskan uang sekitar 70 juta rupiah hanya untuk tinggal satu malam di sebuah hotel. Belum lagi, jamuan yang harus disiapkan untuk mengundang teman kencan yang tentunya akan menjadi korban. Dalam sehari, paling tidak Ia harus merogoh kocek lebih dari 200 juta rupiah untuk meyakinkan sasaran. Tentu hal ini dilakukan bukan tanpa maksud melainkan agar mereka percaya bahwasanya Ia benar-benar orang kaya raya. Cerdiknya, Ia pun paham bagaimana bersikap pada seorang wanita. Tak ayal, wanita yang terjerat rayuannya pun meleleh seketika.
Sayangnya nikmat yang didapat para wanita itu hanyalah sekejap mata. Drama pun selanjutnya dimulai hingga satu persatu, mereka yang match dengannya hidup dalam ancaman dan ketakutan akibat berurusan dengan hutang di Bank. Dengan dalih yang ciamik, Simon berhasil memutar uang hasil tipuan untuk menutupi keseharian hidup mewahnya secara terus menerus dengan korban terbarunya. Langkah Simon dalam menjalankan aksinya memang tidak tanggung-tanggung. Bak sebuah film, Ia mengaku sebagai anak pengusaha berlian dengan memalsukan berbagai hal terkait informasi keluarga, perusahaan dan lain sebagainya. Sehingga, tak satupun mengira kalau barang yang dipakainya tidaklah asli semua.
Pada umumnya, mungkin tidak sedikit wanita yang jatuh hati pada pria yang hartanya berlimpah ditambah lagi ketampanan yang cukup rupawan. Rupa-rupa warnanya mulai dari tebal alisnya yang hitam, bibirnya yang kemerahan, dan brewoknya yang beraturan. Sudah seperti Baginda, bukan? Padahal kalau direnungkan, gaya hidup Simon justru berbanding terbalik dengan kebanyakan Miliarder yang saya bayangkan. Lihat saja beberapa di antaranya, seperti Bill Gates, Ingvar Kamprad, atau keluarga Robert Budi Hartono.
Namun di zaman sekarang ini, kalau tidak sengaja diperlihatkan, mungkin rasanya tidak mengenakkan. Ekspos sana sini merupakan langkah awal untuk mendapat pengakuan. Mana mungkin orang paham jika tidak dibeberkan! Baiklah, sepertinya sudah lari dari pembahasan. Mari bergeser lagi pada kisah licik ini. Melalui aplikasi kencan Tinder inilah Simon mampu mempertahankan aksinya selama bertahun-tahun. Kalau dihitung-hitung, Ia berhasil menipu para korban dengan total kerugian lebih dari 10 juta dolar amerika. Wah, kebayang gak ngitung nolnya?
Walau sempat ditahan di berbagai negara, Simon justru kian mahir menjalankan akal busuknya setelah menghirup udara bebas. Sebelumnya, pada tahun 2015 Simon masuk jeruji besi di Finlandia selama dua tahun. Lalu pada tahun 2019, Ia kembali dipenjara selama 5 bulan di Yunani. Kemudian, setelah di ekstradisi ke negara asalnya di Israel, kini Simon bebas berkelana. Beruntung, saat itu para korbannya berhasil menguak secara viral setelah melaporkan ke surat kabar Norwegia, Verdens Gang (VG). Walau kasusnya sudah mencuat, Ia masih bebas berkelana di aplikasi kencan tersebut. Berkat Netflix, kini Tinder menghapus akun Simon. Meski menyangkal apa yang disampaikan para korban, Netflix tetap menawarkan Simon untuk ikut andil dalam film tersebut. Namun, tentu saja Ia menolak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H