Lihat ke Halaman Asli

Salam Damai dari Lokasi Perang Dunia Pertama

Diperbarui: 25 Desember 2021   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pri

Tidak terpikir bahwa saya akan menginjakkan kaki di Bosnia. Saat sedang bingung, maka kegiatan nomor satu adalah melihat peta. Rasanya, senang saja. Walau belum tahu akan kemana, peta memberi arah kaki melangkah. Selama tinggal di Eropa, memang ringan sekali untuk jalan-jalan. Selain banyak teman, penerbangan antar negara pun tidak semahal di nusantara. Jadi, untuk apa berpikir lama-lama. Pergi saja!


Karena berdomisili di Italia, maka saya coba arahkan telunjuk saya ke negara terdekat. Dua bulan lalu, saya sempat mengeksplorasi beberapa kota di Romania. Sejak saat itu, saya semakin penasaran dengan eropa timur hingga akhirnya mendarat di Banja luka, Bosnia dan Herzegovina.

Di kota kecil ini, saya menghabiskan waktu selama empat hari dan tinggal bersama warga lokal dan pelajar asal Belanda. Kami bertukar pikiran, bermain, bercanda, dan nongkrong bareng. Menariknya, di suatu malam kami pergi ke pemandian air panas alami yang lokasinya tidak begitu jauh. Sayang, saya tidak membawa handphone jadi tidak sempat mengabadikan gambar.

Perjalanan saya sangat fleksibel. Bagi kebanyakan orang, mungkin tidak cocok. Pasalnya, saat memutuskan jalan, saya hanya membeli tiket pergi saja. Memang terkadang harus mengeluarkan kocek yang lebih besar tapi merdeka. Jika merasa senang di suatu tempat, maka dengan mudahnya memperpanjang masa tinggal. Begitu juga sebaliknya.

Hal yang sama juga terjadi ketika menentukan tujuan. Ketika mengunjungi suatu tempat, saya tidak begitu tertarik untuk mengetahui banyak info di internet. Memang, akan ada kendala. Tapi bepergian secara langsung dan mencari tahu dari penduduk lokal lebih menyenangkan dengan lika liku tantangannya, terutama dari segi bahasa. Namun, jika berjalan tanpa ekspektasi, sangat mudah untuk mengapresiasi sesuatu meski orang lain menganggapnya biasa saja. Puji syukur pun terus menjadi penyerta dan kenikmatan berjalan semakin terasa.

Niatannya, setelah Banja luka, saya akan menuju Belgrade di Serbia. Tetapi, saya tunda dulu karena ada kebaikan datang. Sebelumnya, saya menulis public trip di aplikasi couchsurfing, maka ada saja yang mengundang datang sekalian menawarkan akomodasi. Dari situ, saya bisa memilih untuk tinggal dimana dengan gratis. Tentu, harus menyeleksi. Dengan berjalan, semakin  paham bahwa orang baik tersebar dimanapun, tanpa memandang ras, agama, dan lain sebagainya.

Dengan ringan, saya membelokkan arah ke Sarajevo. Ibukota Bosnia dan Herzegovina ini ternyata merupakan awal mula perang dunia pertama dimulai. Saat itu putra mahkota Astro Hongaria Franz ferdinand dan istri tewas ditembak di kota tersebut pada tahun 1914. Dari situlah kemudian perang berlanjut.

Tepat pada hari Natal ini, saya berkesempatan melihat secara langsung bagaimana masyarakat lokal berbagi kasih. Banyak orang hilir mudik di kawasan kota tua. Suara orkestra, paduan suara, dan lantunan pengamen jalanan juga turut meramaikan suasana. Semoga di tempat awal mula perang dunia ini menjadi pembuka damai untuk semesta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline