Lihat ke Halaman Asli

Kalau Bersyukur, Mungkin Ndak Tergiur

Diperbarui: 7 Desember 2020   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Belum selang satu bulan, dua menteri saling unjuk gigi. Sayangnya, kali ini bukan karena prestasi melainkan perkara yang tak asing lagi, apalagi kalau bukan korupsi. Terkadang aku bingung dengan apa yang dilakukan petinggi negara ini. Kok masih saja merasa kurang? Padahal kalau membandingkan jumlah harta yang dimiliki, jauh melebihi kebanyakan banda masyarakat Indonesia. Apa iya karena gaya hidup yang kian tinggi? tuntutan keluarga yang tak mampu dipenuhi? atau tekanan lingkungan penyokong yang menanti porsi? Ah apapun itu, sepertinya hal ini terjadi karena adanya lintasan pikiran yang sayang apabila terlewatkan.

Jika saja rasa syukur itu melekat, mungkin air liur tak menjulur saat kesempatan sesat datang sesaat. Kalau dipikir-pikir, nikmat apalagi yang dicari? Mulai dari bangun hingga tidur, kehidupannya sudah terjamin. Fasilitas yang disediakan begitu mewah, gratis pula. Tak sebanding dengan getir si tuan yang miskin. Mereka harus putar otak untuk mencari sesuap. Pun mesti gali tutup lobang demi membayar rumah petak.  Segala yang dipusingkan jelata, jelas sudah tak menjadi beban pikirannya.

Namun, hasrat manusia kadang tak ada habisnya. Sudah ada ini, ingin itu. Padahal kalau diterawang, harta yang ada saja mungkin belum semua terjamah. Kalau sudah begini, setinggi apapun pendidikan atau jabatan, akan sia-sia. Kini, yang melambung jauh, terjatuh. Semoga kelak tersadar sebelum ajal menjelang. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline