Lihat ke Halaman Asli

Melipir ke Sisi Lain Agar Marah Tak Membabi-buta

Diperbarui: 1 November 2020   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mamashelter.com

Saat tinggal di sebuah kota di barat daya Perancis bernama Bordeaux, setiap harinya selain minggu, persis di sekitar gereja basilikata St. Michel, terdapat marché neuf. Marché yang berarti pasar dan Neuf sembilan. Semacam pasar kaget yang buka dari jam 7 pagi hingga jam 1 siang.

Begitu ramai. Puluhan pedagang yang merupakan imigran asal afrika barat dan timur tengah ini menjual beragam jenis kebutuhan. Mulai dari makanan khas negaranya, pakaian, karpet, dan perangkat rumah tangga lainnya. Dengan menggunakan bahasa arab, mereka semangat menawarkan segala pernak-pernik kehidupan. Pedagang wanitanya pun mayoritas berkerudung.

Sejenak, saya duduk di kursi kayu depan gereja. Termenung, sambil menikmati kombinasi yang begitu indah. Kini, presidennya terkena getah atas ucapan yang tak bisa diterima oleh umat Islam.

Menurut saya, boikot produk untuk protes yang beradab, tentu mulia. Tapi sumpah serapah atas negara lalu stereotyping akan warganya, itu kemana-mana. Di sisi lain, boikot yang berlarut juga bisa menjadi bumerang apabila negara pelaku bergantung pada produk tersebut. Oleh sebab itu, perkuat ekonomi dalam negeri dengan produksi hasil ranah pertiwi dengan cara yang membumi agar tetap lestari dan siap untuk boikot sana-sini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline