Lihat ke Halaman Asli

Manusia

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

:lol:

Manusia yang saya pelajari dalam psikologi komunikasi seperti gunung es. Hanya 1/8 saja yang terlihat selebihnya tersembunyi di balik lautan. Ini mengapa Titanic tenggelam karena ia tidak menyadari ada bongkahan es besar yang menyusun gunung tersebut. Boleh jadi gunung es pun tidak mengetahui 7/8 bongkahannya. Tak ubahnya manusia, boleh jadi ia hanya mengetahui sebagian dari dirinya, selebihnya tidak. Menurut saya hal ini bisa dijelaskan dalam konsep Jendela Bang Johari atau bahasa inteleknya Johari Windows, di dalam diri manusia itu memiliki 4 kuadran besar: Kuadran I: Hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain pun tahu. Misalnya identitas, saya tahu identitas saya, orang lain pun tahu. Misalnya saya, Anita Rosalina, Komunikasi FISIP UI. Klo gak tahu saya berarti kurang eksis  Kuadran II: Hal yang diketahui oleh dirinya, tetapi tidak diketahui orang lain. Berisi tentang rahasia-rahasia pribadi yang tidak diketahui orang lain. Kuadran III: Hal yang orang lain tahu, tetapi dirinya tidak tahu. Sisi ini dinamakan sisi gelap,blind side. Misalnya kebaikan, keburukan, bakat, orang lain bisa saja lebih tahu dari pada pribadi. Kuadran IV: Nah kuadran paling seru adalah  kuadran IV, sisi dimana orang lain tidak tahu, kita sebagai pribadi pun tidak tahu, unconsciousness side. Mulanya saya tahu sisi ini hanya berisi dua gagasan besar, yaitu kematian dan jodoh. Tapi saya tidak percaya sepenuhnya apa yang saya ketahui. Berawal dari percakapan FB dengan seorang teman yang pindah ke kota Serang karena tuntutan akademis, in short KKN. Dia berkata via FB “aku baru tahu loh kalo ternyata aku bisa ‘senakal/seliar/se-error’ ini”. (rada lupa redaksionalnya).Hmmm… kok bisa ya? Saya juga tidak tahu, dia pun tidak tahu. Saya pikir ini adalah sisi unconsciousness yang terungkap karena waktu. Menurut teman saya yang lain, unconsciousness mungkin bisa diketahui ketika kitacrossing. Ia mengatakannya berdasarkan pada film Grey Anatomy. “Coba deh nit lo tonton yang sesi tentang independence menurut gw, ada dialog yang bagus, kurang lebih gini it’s all about the line. The finish line at the end of residency, waiting in line for a chance at the operating table, and then there’s the most important line, the line separating you from the people you work with. You need boundaries between you and the rest of the world. Other people are far too messy. It’s all about the line, drawing line in the sand, and praying like hell no one crosses them.” Saya terus mencari tahu sisi unconsciousness ini bagaimana bisa dibongkarnya, kalau saya begitu jenuh maka saya akan bertanya di tengah keletihan saya mencari “apa ya sebenernya tujuan Tuhan menghadirkan gw ke bumi ini? Gw rasa akan lebih gampang kalo udah tauk jobdesc gw. Jadi nanti saat Tuhan bilang SELESAI GAK SELESAI KUMPULIN (mati), gw sudah mengerjakan jobdesc gw dengan sempurna.” Tapi hidup macam apa tanpa pencarian? Sampai suatu ketika, ahah! Gayung bersambut, ada seminar apa gitu (lupa) yang diisi oleh seorang dosen psikologi. Pada sesi pertanyaan saya bertanya. “Mba yang saya tahu manusia tidak pernah tuntas dengan dirinya. Itu mengapa Ahmad Wahib, bilang saya bukan Soekarno, saya bukan Hatta, saya bukan Ki Hajar Dewantara, saya bukan Wahib, tetapi saya Mewahib. Benarkah itu? Pertanyaan kedua: mba setahu saya dari konsep Johari Windows yang saya pelajari bla….bla….bla…bla…. lalu bagaimana manusia bisa mengetahui unconsciousness side ini mba? Karena bisa jadi hal tersebut bisa mendukung perkembangan ia sebagai manusia” Mba  Psikologi “pertanyaan yang menarik bla….bla….bla… jadi manusia itu memiliki kuadran IV/unconsciousness side nah bagaimana itu bisa diketahui, sebelumnya saya punya cerita yang menarik. Ada seorang anak laki-laki yang bawaannya rebel terus sama ibunya, kalo ibunya suruh makan dia malah minum, ibunya suruh minum dia malah tidur, pokoknya semua yang dianjurkan ibu selalu aja dia lawan. Sampai suatu hari si ibu ini lelah, dia bercerita pada saya. Mba kenapa anak saya seperti ini bla…bla….bla…bla…? saya tanya ke si ibu, ibu waktu mengandung anak itu seperti apa sikapnya, bisa diceritakan? Ternyata si ibu ini selalu berusaha menggugurkan kandungannya,berkali-kali coba aborsi ternyata gagal terus, sampai si ibu ini bosan. Nah ini dia yang bikin si anak rebel. Jangan salah loh ya! Anak-anak juga sudah punya kesadaran di kandungan. Pernah nonton film Silence Scream gak? Itu ditunjukin bagian gimana si janin ini berlari-lari menghindari obat untuk peguguran kandungan. Terus si bayi yang teriak karena ditekan-tekan. Itu kenapa dibilang Silence Scream. Makanya nanti klo lagi mengandung anak itu diajak ngomong, diceritain hal-hal yang menyenangkan. Kasih tahu aja, nak kamu keluarnya jangan tanggal segini ya, tanggal segini aja, karenan ditanggal segitu ayah kamu baru gajian. Nah bagaimana kita tahu sisi ini, sebenernya bisa terungkap dengan merenung, coba mendalami apa yang sudah terlewat dan coba dialog dengan diri sendiri. Ini penting loh untuk dilakukan, manusia itu kadang perlu ketenangan untuk merekonstruksi kembali diri dan hidupnya.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline