Lihat ke Halaman Asli

Si Kaya dan Si Miskin

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dan juga sebagai negara ke-4 yangmemiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Amerika, Cina, dan India. Dari ketiga negara tersebut meskipun jumlah penduduk mereka terbesar di dunia namun Amerika merupakan negara maju sedangkan Cina dan India walaupun negaranya belum dikategorikan sebagai negara maju namun penduduknya sudah banyak yang berkecukupan. Jika dibandingkan dengan ketiga negara tersebut Indonesia jauh lebih kaya dalam kategori kekayaan hasil alamnya. Namun pertanyaannya sekarang ialah, mengapa sebagian besar penduduk Indonesia masih berada jauh di bawah garis kemiskinan ?, hal ini masih menjadi tanda tanya yang cukup besar bagi semua orang. Banyak yang mengatakan bahwa kekayaan hasil alam Indonesia dikuasai oleh oknum-oknum tertentu baik oleh pihak asing maupun dari dalam negeri sendiri. Sungguh miris memang kalau mendengar negara kita tercinta ini yang sudah merdeka lebih dari 65 tahun lamanya masih ada banyak masyarakat yang belum merasakan kemerdekaan negara kita tercinta ini.

Saya akan mengambil sebuah contoh yang mebuktikan bahwa masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang belum merasakan kemerdekaan hinggga saat ini, yaitu masyarakat di Papua. Papua adalah sebuah pulau di Indonesia yang letaknya paling timur Indonesia. Papua merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah terutama dalam hal batu bara dan emas. Kekayaan alam Papua sudah di eksplore namun sangat disayangkan karena yang mengelola sekaligus yang memiliki saham terbesar tambang emas tersebut bukanlah warga pribumi melainkan warga asing yang memiliki modal dan kecanggihan teknologi yang mumpuni untuk mengeksplore kekayaan Papua, mereka mendirikan sebuah perusahaan di Papua yang di beri nama PT. Freeport. Perusahaan tersebut sudah lama berdiri dan merupakan kerjasama antara pihak Indonesia dan Amerika. Kerjasama tersebut kabarnya seharusnya sudah harus diakhiri sejak beberapa tahun lalu dan akan dikelola secara mandiri oleh pihak Indonesia namun, hingga saat ini mengapa kontrak PT. Freeport masih terus berjalan. Ini dikarenakan kontrak tersebut selalu diperpanjang setiap akan mendekati masa selesainya kontrak, lalu siapa yang melakukan hal ini ? siapa lagi kalau bukan para petinggi negara yang memiliki kekuasaan dan kedudukan di negeri ini yang bisa dengan mudah memperpanjang kontrak tersebut. Sangat disayangkan memang, mengapa harus kita yang selalu mengalah dengan kekuasaan asing, seharusnya bangsa ini harus mampu untuk mengelola kekayaan alam yang di berikan oleh Tuhan kepada negara kita untuk dimanfaatkan secara maksimal oleh penerus-penerus bangsa asli pribumi. Apa sebenarnya yang terjadi di negeri ini sehingga masyarakatnya tidak bisa hidup mandiri dan mengandalkan bantuan warga asing. Meskipun Papua di anugerahi kekayaan alam yang sangat melimpah namun warga sekitarnya masih sangat miskin dan tertinggal jika di banding warga-warga di kepulauan Indonesia lainnya. Mereka punya segalanya tetapi mengapa tingkat kesejahteraan warganya masih sangat rendah, rumah-rumah mereka masih sangat sederhana, sarana dan prasarana di Papua masih sangat sederhana dan cenderung masih tertinggal jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia bahkan pendidikan masyarakatnya pun masih tertinggal jauh, di Papua terdapat banyak jalan yang rusak bahkan belum di aspal, sulitnya menjangkau tempat satu ke tempat lainnya, dll.

Inilah yang dimaksud dengan masyarakat yang belum mendapatkan kemerdekaan seutuhnya. Seharusnya ini menjadi koreksi penting bagi petinggi-petinggi negara dan kita semua. Para pemimpin negara harus memikirkan cara agar masyarakat di Papua tidak tertinggal oleh pulau-pulau lain di Indonesia. Mereka harus memperbaiki sistem dan segala hal yang perlu untuk diperbaiki demi Indonesia yang lebih maju dan bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline