Lihat ke Halaman Asli

Anita Rakhmi Shintasari

Belajar untuk menebar manfaat

Mencoba Praktik Coaching dengan Teknik TIRTA

Diperbarui: 1 April 2022   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Minggu ke enam belas, semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang dapat kami peroleh dalam pendidikan guru penggerak angkatan 4. Kali ini kami belajar tentang praktik coaching dengan menggunakan teknik TIRTA (Tujuan, Identifikasi masalah, Rencana Aksi dan Tanggungjawab).  

Melalui teknik ini kami mempraktikkan bagaimana seharusnya guru menjalankan peran "Among". Dimana kami harus dapat menentukan tujuan dari praktik coaching yang kami lakukan baik dengan rekan sejawat ataupun dengan murid. Selain tujuan, kami juga harus dapat mengidentifikasi permasalahan maupun potensi serta kemampuan coachee (yang didampingi) untuk menyelesaikan permasalahannya.

Apabila coachee telah mengenali dirinya, potensi yang dimiliki serta permasalahan yang dihadapi, maka peran coach adalah mendorong coachee untuk merancang aksi yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan rancangan aksi itu diharapkan coachee dapat mengambil keputusan, bentuk aksi yang dipilih sebagai solusi dari permasalahannya dan bertanggungjawab terhadap pilihannya itu. 

Sebagai coach, kami diharapkan dapat menegaskan bentuk komitmen yang akan ditetapkan oleh coachee dalam menentukan aksinya. Melalui praktik coaching ini, kami secara langsung belajar untuk mengasah keterampilan menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain baik itu rekan sejawat maupun murid. Keterampilan ini merupakan bagian dari pembelajaran sosial emosional yang telah kami pelajari pada bagian sebelumnya. 

Dengan begitu, kami berlatih untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang kami peroleh secara menyeluruh yang bermuara pada penerapan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga dapat mewujudkan profil pelajar pancasila seutuhnya. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang memuat pembelajaran sosial emosional dengan model coaching diharapkan dapat memudahkan diselenggarakannya merdeka belajar dalam arti yang sesungguhnya, sehingga murid dan juga rekan sejawat akan selalu berada dalam lingkungan belajar yang mengandung budaya positif yang memotivasi dan mendorong kesejahteraan dalam belajar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline