Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Kaktus

Diperbarui: 6 Maret 2023   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaktus di Ruang Kesehatan. dokpri

Kaktus,  tanaman berduri yang sabar asal mula di gurun pasir, tandus dan kering.  Kaktus kemudian menjadi tanaman yang indah,  hijau,  cantik dan penuh dengan cerita.  Bagaimana ia bertahan di tengah kesukaran?  Bagaimana ia hidup di tanah berpasir yang tandus? Bukankah tanaman memerlukan air untuk hidup, mengantarkan sari pati makanan untuk tumbuh dan kuat. 

Ayo belajar dari kaktus,  dengan kesabaran dan ketekunan ia berjuang sekaligus bertahan pada kondisi tersebut dengan izin sang Pencipta.  Sebab baginya itulah sunatullah nya,  itulah jalanya,  itulah takdirnya.  

Belajar dari kaktus,  tentang optimis akan menemukan bulir air di pasir yang gersang. Sabar penuh yakin,  rejekinya ada dengan jemari akar yang merayap di dalam ngilunya terik mentari yang menyayat.  Belajar tangguh tanpa menyerah dari kaktus,  sebab ia tak mau mengakhiri diri meski dalam kondisi kritis.  

Yakinlah seperti kaktus, pada Tuhannya yang meletakkan alur hidupnya di tengah gurun yang tandus.  Sabarnya adalah diam,  tasbihnya adalah angin,  syukurnya adalah duri pelindung dan geraknya adalah jihad mencari rezeki dan menjaga keyakinan nya tetap utuh. 

Semangatnya adalah perjuangan,  tidak menyerah meski kondisi menyayatnya. Anehnya ia berhasil karena kegigihan rongga tubuhnya terisi penuh air. Maka nikmat yang mana yang pantas di dustakan? 

Layaknya kaktus,  tidak pernah menginginkan di takdirkan di gurun.  Kita juga sama,  rumah kita,  dunia kita,  hidup kita patut untuk disyukuri.  Diluar sana, berjuta jiwa masih kebingungan akan dirinya.  Maka bersyukur dan ikhlas seperti kaktus akan membawa bahagia pada akhir perjuanganya serta bermanfaat meski di tengah kemustahilan sekalipun.  Kita hanya perlu membaca alam,  bukan sekedar teori tanpa pengalaman.  Kehidupan kita adalah hidup bersama raga sekaligus jiwa yang di motori akal dan nafsu. Jika engkau mengetahui satu kebaikan,  maka lakukanlah semampu diri kita masing-masing.  Debat dan argumen bukanlah solusi kebaikan,  tapi perbuatan dan tindakan menjadi nilai esensi manusia di bumi.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline