Lihat ke Halaman Asli

Aku dan Segala Inginku

Diperbarui: 18 Maret 2022   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: Anita -Yudisium IAIN Takengon Tahun 2021

Gabut,  itulah yang sedang kuhadapi. Sebagaimana anak muda zaman sekarang mengartikan "Gabut sebagai kondisi yang bimbang, risau dan  badmood. Segalanya seolah menjadi padu dalam satu kata yang familiar di telinga anak gaul seat ini yaitu "Menggalau". 

Yaps,  momen dimana seseorang berada dalam tingkatan dilema tertentu terhadap hal yang sedang dihadapi atau segala yang tersirat di pikiran. 

Sebenarnya kekhawatiranku bermula setelah lulus mengikuti ceremonial sebagai wisudawati di kampus.  Sejenak bisikan hati berkata "Selanjutnya bagaimana?, akan kemana kita? " itu yang ku tanya pada diriku.  Setelah ini akan kemana langkah bertuju.?

Artinya sudah hampir 3 bulan lulus sarjana namun hingga saat ini masih belum mendapat pekerjaan apapun. Sempat mengikuti beberapa lowongan kerja sebagai tenaga pendidik dan masih di tolak oleh instansi terkait. 

Ya,  aku sih sadar diri dengan tidak adanya pengalaman mengajar pasti akan sulit mendapat kepercayaan atasan tempat bekerja. Kurang lebih sudah 4 kali lamaranku di kembalikan,  mau bagaimana lagi? menjadi lulusan sarjana langsung dapat pekerjaan saat ini sangatlah sulit.  Juga tidak banyak orang yang seberuntung itu. 

Malam ini melarutkan kembali analisaku tentang suatu hal,  bahwa mungkin saja Allah ingin mewujudkan mimpiku yang lain. Telah ku bisikkan pada malam-malam sunyi sebelumnya. Yah  mungkin saja.  Jika pun tidak maka harus berupaya lebih banyak lagi,  aku mengerti tentang hal itu.  Namun batinku juga menentang "Sampai kapan? "

Sampai kapan aku akan menanti pekerjaan tetap hadir untukku? Bukankah pemikiran yang bodoh sekali !.  Tentu saja tidak ada yang sepraktis itu, apa lagi menunggu rizki turun dari langit. Mustahil,  sebutanya  sudah akan berubah menjadi ngimpi di siang bolong hahhaha.  :) 

Oleh karena itu,  ini merupakan kritikal momen yang ku hadapi.  Pertentangan antara gejolak hati dan pikiran di bumbui lagi dengan pandangan orang.  Memang tidak benar jika kita fokus pada apa yang orang lain bicarakan tentang diri kita, Namun salah juga jika harus di abaikan mentah-mentah. Mungkin saja apa yang mereka sampaikan ada benarnya juga kan.  Ketiga hal ini membuat otak ku sangat berantakan seperti benang kusut yang kehilangan simpulnya.

Selama ini yang kulakukan adalah tetap mengajar,  dengan harapan menjaga pikiranku tetap waras,  karena ini adalah passionku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline