Lihat ke Halaman Asli

Mamahku Sayang

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kau yang menghadirkanku di dunia ini, maka kan kuberikan kebahagiaan untukmu, sebisaku..
Malam itu..
Kudapati kau tengah merebahkan tubuhmu di atas tempat tidur.
Malam itu..
Malam dimana kau terlihat begitu letih, dan kurasakan keletihanmu.
Malam itu..
Kau memintaku untuk memijatkan kedua kakimu, dan segera aku bergegas melaksanakannya.
-Dalam benakku-
Ya Tuhan..! Inikah Mamahku?? Tak sekekar dulu. Mamah yg dulu kuat menggendongku, kini untuk mengangkat emberpun sukar. Mamah yang dulu selalu menjahitkanku baju baru untuk hari raya, kini matanya tak sekuat kemarin, dan sedikit kesulitan dalam penglihatan. Aku rindu itu.
Hari semakin hari usianya semakin berkurang. Jiwanya pun semakin hari semakin melemas. Rambutnya mulai memutih. Dan yang paling mengharukan ketika ini, adalah kaki yg tak lagi kekar saat aku pijat.
Mamah semakin tua dan apa yang terbaik yang telah kuberikan untuknya? Tidak ada!! Bahkan hanya bisa membuatnya kesal akan daku.
Entah harus kumulai dari mana proyek untuk membahagiakanmu, yang pasti aku selalu lakukan yang terbaik dalam setiap langkahku. Selalu ada tetesan air mata saat aku menyebut namamu dalam setiap do'aku. Itu berarti kaulah segalanya untukku Mamah..
Semoga kau selalu membukakan pintu maaf untuk beribu-ribu kesalahanku yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Amiin :")




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline