ANALISIS PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA DINI
Abstrak
Pada masa usia anak usia dini anak mengalami masa keemasan (golden age) yang merupakan dimana anak mulai peka dan sensitive untuk menerima rangsangan atau stimulus. Perkembangan psikososial perlu mendapat perhatian serius karena sangat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya, menentukan anak dalam bersikap, mengambil keputusan di masa depan. Perkembangan psikososial anak yang menyimpang dikarenakan kurangnya pemberian stimulus oleh orangtua. Oleh karena itu, artikel ini diharapkan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan perkembangan psikososial anak usia dini dengan pemberian stimulus yang tepat.
Kata kunci: Perkembangan psikososial, anak usia dini
Perkembangan psikososial membutuhkan stimulus dan rangsangan yang tepat agar berkembang secara optimal. Pada masa kanak-kanak awal, kehidupan emosional dan kepribadian anakanak berkembang secara signifikan dan dunia kecil mereka meluas. Selain pengaruh hubungan keluarga yang terus berlanjut, teman sebaya mengambil peran yang lebih penting dalam perkembangan anak-anak dan permainan mengisi harihari mereka. Menurut Erikson karateristik perkembangan psikososial memiliki dua tahap, salah satunya yaitu tahap inisiatif dan tahap perasaan bersalah.
Berdasarkan hasil penelitian, dalam usai 3-4 tahun anak akan menunjukkan karakteristik seperti memiliki hubungan yang dekat dengan orangtua dan mampu menguasai perasaannya sendiri dengan dukungan orangtua, melakukan imajinasi dan aktivitas. Perkembangan inisiatif ini perkembangan yang muncul ketika anak mulai mendengarkan kata hati mereka ketika berkeinginan akan melakukan sesuatu. Pada tahap ini anak akan belajar bahwa ada orang lain selain dirinya dan anak mulai belajar melibatkan diri dalam aktivitas bersama dengan teman sebayanya (Santrock, 2011).
Berdasarkan hasil analisis oleh Setyaningsih, W., & Suharno, B. (2020), pada anak dengan perkembangan psikososial menyimpang mengalami perubahan pola makan seperti kehilangan nafsu makan, belum mampu mengatur emosinya dengan baik karena sering terlihat marah tanpa sebab dan menunjukkan perilaku kebingungan sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan membuat keputusan. Dalam perkembangan psiksoosial, emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting oleh individu tersebut.
Emosi diwakilkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi dapat berbentuk rasa senang, takut, marah dan sebagainya. Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak (Santrock, 2011). Bentuk emosi yang sering dialami anak dalam tahap perkembangan psikososial yaitu menangis, cemas, rasa iri, marah, tersenyum, tertawa dan menyerang. Pada anak usia 3-4 tahun anak dapat menjadi agresif secara fisik dan verbal pada orang lain, namun secara bertahap agresif fisik akan mulai berkurang (Soetjiningsih, 2012).
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial adalah dari dalam diri anak. Diri merupakan pemahaman seorang anak terhadap diri mereka sendiri bahwa pemahaman dan pengaturan emosi pada anak akan meningkatkan kemampuan sosial anak dan kemampuan untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain. Apabila anak memahami diri mereka sendiri, maka anak akan mampu untuk mendeskripsikan diri mereka sesuai dengan tahapan perkembangannya (Santrock, 2011).
Lalu, faktor yang menyebabkan rendahnya perkembangan psiksososial bisa dikarenakan kurangnya stimulasi orangtua atau pengasuh dalam mengajak anak melakukan permainan angka atau kosakata, kurang mengajari anak menggambar lingkaran atau garis horizontal dan sebagainya. Anak prasekolah memiliki imajinasi atau khayalan yang aktif dan kreatif, hal ini terjadi ketika anak-anak sedang bermain, sebagai contoh anak mampu merealisasikan imajinasinya melalui sebuah gambar (Papalia, 2009).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka gangguan perkembangan psikososial pada anak usia dini adalah dengan memberikan stimulasi kepada anak yang dilakukan oleh orangtua. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual, mengenalkan kegiatan corat-coret atau menggambar, verbal seperti berinteraksi langsung dengan anak atau bercerita, auditif atau pendengaran seperti mengenalkan kepada anak bahasa yang baik, taktil seperti memberikan perhatian serta kasih sayang yang diperlukan anak dan lain-lain dapat mengoptimalkan perkembangan anak.