Lihat ke Halaman Asli

Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung

Diperbarui: 18 Oktober 2019   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: snargnet

Ada ungkapan yang terkenal  berbunyi, dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Yang artinya di manapun kita ditempatkan, kita harus menghargai hal yang berlaku di tempat itu. Lebih dalam lagi berarti bahwa apapun alasannya kita harus menghargai aturan di tempat itu. Jika tidak mungkin kita harus keluar dari tempat itu.

Kita diberi anugerah oleh Tuhan untuk hidup di negaraa Indonesia. Sebuah tempat di khatulistiwa yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kertaraharja. Yang artinya, negara yang subur dan makmur, tertata penuh rahmat dan tentram.

Banyak hal di negara kita yang tidak bisa ditemukan di negara lain. Kita bisa lihat negara sepeti Malaysia yang satu rumpunpun tidak seperti Indoensia. 

Negara kita kaya besar dan sangat beragam, Keberagamanlah yang menjadi pembeda kita dengan negara lain.  Kita punya ratusan etnis, ratusan suku bangsa dan bahasa daerah, belasan ribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Juga beberapa keyakinan.

Keberagaman ini adalah takdir yang tidak bisa dipungkiri karena akar negara kita adalah Nusantara yang juga merupakan pengejawantahan negara Majapahit. 

Seperti halnya patih terkenal di Mahapahit pada zaman pemerintahan raja Hayam Wuruk yang pernah bersumpah tidak akan makan buah Maja jika belum mampu mempersatukan Nusantara. Dan memang Nusantara bersatu sebelum Majapahit secara pelan-pelan juga runtuh.

Kini Indonesia yang mungkin kita ibaratkan sebagai Majapahit zaman kini, tentu tidak menginginkan keruntuhan bagi kita. Indonesia yang dulu dilirik oleh Belanda, Portugis dan beberapa negara lain karena kekayaan alamnya merdeka dengan susah payah dan membangun pondasi dari keragaman. 

Kita juga harus ingat bahwa yang berjuang mewujudkan Indonesia merdeka bukan hanya kaum muslim saja, tetapi banyak pihak. Karena itu kita harus saling menghargai diri kita sendiri, atau 'keluaga' kita Indonesia.

Belum tentu aturan-aturan agama tertentu yang berlaku di Timur tengah misalnya cocok untuk mengatur negara kita. Lalu, keyakinan bahwa perbedaan adalah penghalang bagi agama tertentu untuk hidup dan berkembang di Indonesia adalah salah besar Hal itu tak jarang membuat faham intoleransi, radikalisme bahkan teorisme berkembang. Tak mungkin Indoensia menafikan keberagaman.

Karena itu mungkin kita bisa mulai merenung, untuk apa Tuhan membuat kita berbeda dan menyatukan diri menjadi satu negara besar dan dipandang negara-negara di dunia. Apakah negara yang penuh kekayaan keragaman ini dibuat seragam termasuk soal keyakinan juga ?

Disinilah pentingnya implementasi uangkapan di atas : dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung. Tak perlu menuntuk negara kita sama keyakinan seperti negara Arab Saudi. Indoensia adalah Indoensia, kaya dan berbeda. Itulah yang harus kita hargai dan terima sebagai warga negara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline