Lihat ke Halaman Asli

Informasi Positif Bangun Negeri

Diperbarui: 24 Juni 2019   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok: Pikiran Rakyat

Pada laporan berjudul Essential Insights into Internet, Sosial Media, Mobile and E-Commerce Use Around the World yang dirilis awal tahun 2018 terungkap bahwa dari 265 juta penduduk Indonesia pengguna aktif media sosial mencapai 130 juta dengan penetrasi 49 %. Dalam satu minggu kegiatan online di media sosial melalui Smartphone mencapai 37 persen.

Medsos yang digandrungi oleh masyarakat Indonesia yaitu whatsapp, face book dan instagram, dan kemudian Line. Kita tahu bahwa tiga pertama dimiliki oleh Mark Zuckerberg dan line adalah media sosial buatan Korea Selatan yang sangat digandrungi kamu muda selain snapchat.

Diketahui juga bahwa FB adalah situs yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat dunia. Capaian trafiknya bisa mencapai lebih dari 1 miliar juta pengunjung perbulan. 

Dari setiap kunjungan itu diketahui bahwa mereka rerata menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan untuk pengguna instagaram di Indonesia mencapai 53 juta dengan jumlah peminat pria mencapai 51 persen.

Dari jumlah ini kita bisa menyimpulkan bahwa mayoritas penduduk menggunakan media sosial sebagai sumber informasi utama masyarakat dunia. Beberapa wilayah malah membuat media sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari gaya hidup mereka. Apapun yang terupdate dari mereka, baik atau buruk diproduksi dan dijadikan acuan oleh banyak pihak.

Ini adalah situasi yang --sebenarnya- membahayakan. Masyarakat menerima informasi dari berbagai pihak termasuk anonym. Masyarakat juga memproduksi informasi sendiri dengan kualitas yang mungkin tidak bisa dipertanggungjawabkan. Setelah menerima dan memproduksi informasi, biasanya mereka menyebarkannya ke berbagai komponen masyarakat lainnya.

Situasi seperti ini sebenarnya riskan bagi masyarakat. Karena masyarakat bisa saja sebarkan informasi sesat, tidak presisi dan mengaburkan fakta. Mungkin kita bisa lihat saat kampaye Pilpres yang lalu.

 Berita yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa ada container yang berisi kertas suara yang tercoblos. Setelah diselidiki oleh aparat, terungkap bahwa hal itu tidak benar.

Begitu juga kabar yang beredar di masyarakat menyebut bahwa petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (PPS) yang meninggal bukan karena kelelahan, tapi karena diracun. 

Kabar bohong itu kemudian menyebar dan 'ditelan' mentah-mentah oleh masyarakat. Pada akhir kisah soal petugas KPPS yang meninggal karena diracun ini lalu  sang pengunggah yaitu  ustaz Rahmat Baequni kini diproses aparat untuk mempertangguhjawabkan perbuatannya yang menyebarkan kabar itu.

Hal itu juga terjadi di dunia informasi Indonesia. Banyak dari informasi yang beredar di masyarakat adalah kabar bohong, menyesatkan dan memecah, bukan kabar yang membangun dan mempersatukan bangsa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline