Ada yang merasa sedih ketika bulan Ramadan akan berakhir, termasuk saya. Bukan saja puasa pada hakekatnya membuat orang jauh lebih bugar dari masa sebelumnya, tapi juga karena dengan berpuasa hakekatnya kita menahan diri dari berbagai keinginan nafsu yang sering hinggap pada manusia. Nafsu itu bermacam-macam bentuknya dalam masyarakat.
Keinginan nafsu itu antara lain keinginan marah terhadap orang lain; keluarga maupun kolega yang membuat kita jengkel. Juga nafsu atas ketidak setujuan kita pada sesuatu. Misalnya kita tidak senang pada A, padahal A cukup baik orangnya. Ternyata anda tidak suka karena A sangat trampil kesenian, sedangkan anda tidak bisa. Bentuk nafsu itu adalah nafsu iri yang selayaknya tidak dihindari oleh banyak orang.
Atasu bisa juga nafsu membully atau membenci seseorang hanya karena dia memilih capres tertentu saat pilpres kemarin. Bullyan semacam ini sering memancing kemarahan pihak lainnya. Bisa melalui komunikasi langsung maupun melalui media sosial. Akibatnya bisa runyam: dua pihak saling mencaci maki dengan bahasa tak pantas untuk menuruti nafsu kebencian karena tak suka akan pilihan politik rekannya.
Padahal jika kita telaah lebih lanjut pilihan politik adalah sesuatu yang baik adanya yaitu agar seseorang bisa belajar membandingkan, nehgatif dan positif serta sesuatu yang bisa bermanfaat tak saja bagi dirinya dan orang lain. Sehingga pilihan berbeda itu hakekatnya bukan untuk dihujat-hujat hanya karena pilihan yang tak sama.
Hal-hal ini (mengumbar nafsu benci, marah dan keinginan berlebihan lainnya) sangat mungkin dilakukan pada 11 bulan dalam setahun. Selama sebulan ini yaitu ketika puasa kita benar-benar diingatkan oleh agama bahwa mengumbar nafsu seperti itu akan lebih membawa modarat ketimbang manfaat. Karena itu tak heran jika beberapa orang merasa sedih jika Ramadan akan berakhir. Karena seringkali orang-orang kembali pada sikap semula yaitu kurang bijak, gampang membenci, gampang marah dan lain-lain.
Karena itulah sebaiknya meskipun Ramadan akan berlalu, marilah kita selalu memelihara lisan dan tulis kita agar membawa aura positif untuk orang lain. Kita juga harus terus menerus berlatih agar bisa memberikan hal dan sikap yang baik kepada orang lain. Ini penting agar kita bisa merasakan semesta bersikap baik kepada kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H