Lihat ke Halaman Asli

Kenyataan Mengejutkan tentang Guru BK yang Jarang Terpikirkan

Diperbarui: 24 September 2019   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

travel.hostfully.com

Kalian semua pasti pernah merasakan duduk di bangku sekolah, dengan kata lain pernah berstatus menjadi seorang pelajar. Dan tentu saja kalian tak asing dengan sosok guru bimbingan konseling (BK). Ya, seorang guru yang sering di cap sebagai polisi sekolah oleh para siswa. 

Yang pekerjaannya berpatroli keliling sekolah mencari siswa yang melanggar peraturan, entah itu menyita sepatu sepatu yang warnanya selain hitam, mencukur rambut siwa laki-laki yang menyentuh telinga, menggunting celana yang berbentuk pensil, menghakimi siswa yang seragamnya dikeluarkan dari celana dan siswi yang memakai riasan berlebihan hingga sering kali menyita handphone para siswa.

Bener ga, sih? Anggapan seperti itu dikarenakan banyak siswa yang tidak paham apa saja tugas guru BK. Sebenarnya para guru BK tidak hanya bertugas sebagai guru tata tertib sekolah maupun mencatat poin pelanggaran siswa. 

Selain mengajarkan nilai-nilai moralitas, tetapi juga sebagai tempat konsultasi terkait hambatan belajar, keluarga, atau pilihan jurusan dan karier siswa. Ingin tahu fakta tentang guru BK? Berikut ulasannya:

1. Dulunya BP sekarang diganti menjadi BK

Alasan perubahan istilah BP yakni singkatan dari Bimbingan Penyuluhan menjadi BK atau Bimbingan Konseling, dikarenakan istilah penyuluhan lebih mengarah pada usaha suatu badan untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman, sikap dan keterampilan warga masyarakat, khususnya dipakai dalam dunia pertanian. 

Oleh karena itu pakar psikologi mengubahnya menjadi konseling yang berarti membantu. Konseling yang dimaksud adalah membantu secara profesional dalam hal menyelesaikan masalah agar individu mandiri dalam menemukan solusi dan mengambil keputusan.

2. Guru BK seharusnya lulusan S1 Bimbingan Konseling

Tidak menutup kemungkinan bahwa banyak guru BK yang bukan berlatar belakang pendidikan bidang Bimbingan dan Konseling. Bahkan di beberapa tempat ada guru lulusan agama atau jurusan lain yang dijadikan guru BK, dikarenakan sekolah tersebut kekurangan sumber daya. Yang notabennya tidak memahami bagaimana mekanisme penanganan BK, bagaimana cara-cara membimbing siswa secara prosedural. 

Akibatnya ia tidak memahami pengimplementasian bimbingan dan konseling yang sebenarnya. Coba bayangkan saja jika orang yang berlatar pendidikan olahraga ditempatkan dalam posisi guru BK?

3. Guru BK adalah teman curhat siswa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline