Peran Media social dan Berita Hoaks : Analisi Psikologi Social
Media social telah menajdi bagian intergral dari kehidupan modern. Dengan kemudahan akses informasi dan komunikasi, media sosial membawa dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, dan sosial. Namun, di balik manfaatnya, media sosial juga menjadi medium utama penyebaran berita hoaks. Hoaks atau berita palsu adalah informasi yang sengaja disebarluaskan untuk menyesatkan orang atau memanipulasi opini publik. Fenomena ini menjadi tantangan serius di era digital, terutama ketika dilihat dari perspektif psikologi social. Media sosial menyediakan platform bagi siapa saja untuk membuat, membagikan, dan menerima informasi. Dengan algoritma yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan pengguna, media sosial sering kali memperkuat berita yang bersifat sensasional atau kontroversial. Hal ini menyebabkan berita hoaks memiliki peluang lebih besar untuk menyebar luas dibandingkan berita yang berdasarkan fakta.
Selain itu, media sosial memungkinkan terjadinya fenomena echo chamber, di mana seseorang cenderung hanya terpapar informasi yang sesuai dengan keyakinan atau pandangannya. Hal ini memperkuat bias konfirmasi (confirmation bias), yaitu kecenderungan untuk menerima informasi yang mendukung keyakinan pribadi dan menolak informasi yang bertentangan. Dari perspektif psikologi social, ada beberapa teori dan konsep yang dapat menjelaskan mengapa berita hoaks begitu mudah menyebar di media social, analisis berdasarkan beberapa teori :
- Teori konformitas social, individu cenderung mengikuti pendapat atau perilaku kelompok untuk merasa diterima sehingga individu mencoba membuat cerita yang dapat menarik orang-orang mengikutinya
- Efek kesesuaian (in-group bias), manusia cenderung lebih percaya pada informasi yang berasal dari kelompok yang mereka indentifikasi atau arti lain seseorang akan percaya jika yang mengirimkan berita tersebut adalah temannya.
- Efek primase dan kekinian, berita hoax dirancang guna menciptakan kesan yang kuat diawal atau muncul secara terus-menerus dalam arus informasi yang akan meracuni persepsi individu
- Kecemasan dan ketidak pastian, berita hoax sering mengeksploitasi emosi terutama kecemasan dan ketakutan, orang cenderung mencari informasi untuk memberikan rasa aman dengan mencari informasi yang tidak akurat
Penyebaran berita hoaks memiliki konsekuensi serius, baik secara individu maupun kolektif. Di tingkat individu, hoaks dapat memengaruhi pengambilan keputusan, seperti dalam pemilihan politik atau kebijakan kesehatan. Di tingkat kolektif, hoaks dapat memicu polarisasi sosial, meningkatkan ketidakpercayaan terhadap institusi, dan bahkan memicu konflik. Upaya yang dapat dilakukan yaitu pendidikan literasi digital, regulasi media social, pendekatan psikologis.
Bukti publikasi
Daftar Pustaka
Narsih, A., & Zulfikar, E. (2023). Antisipasi Berita Hoax dalam Al-Qur’an: Upaya Meminimalisir Dampak Negatif di Media Sosial. Al-Iklil: Jurnal Dirasah Al Qur’an Dan Tafsir, 1(2), 118–129.
Septiana, N., & Wahyu R, M. (2021). Dampak Berita Hoax pada Masyarakat: Studi Fenomenologi Kelurahan Ngronggo Kota Kediri. NGARSA: Journal of Dedication Based on Local Wisdom, 1(2), 207–216. https://doi.org/10.35719/ngarsa.v1i2.268
Susanti, M. (2024). Penguatan Literasi Media Digital Dalam Melawan Penyebaran Berita Hoax Terhadap Anak Dan Remaja. Indonesian Journal of Multidiciplinary Expertise (IJME): Jurnal Multidisiplin Ilmu, 2(2), 3025–1583.