Lihat ke Halaman Asli

Keliling Museum dan Melihat Rumah Multatuli di Rangkas Bitung

Diperbarui: 30 September 2018   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Multatuli | Dokpri

ClickKompasiana mengadakan event "Menelusuri Jejak Multatuli di Rangkas Bitung". Sebagai warga yang tinggal di Banten, kayaknya kurang pas kalau belum pernah ke Museum Multatuli. 

Ini pertama kalinya saya pergi ke Museum Multatuli. Lokasi Museum ini terletak di Jl. Alun-alun Timur No. 8, Rangkas Bitung, Kabupaten Lebak, Banten. Tepat di sebrang Alun-alun Rangkas Bitung dan di samping perpustakaan Saidjah Adinda. 

Perjalanan saya menuju Rangkas Bitung dengan menggunakan Commuter Line. Saya bertemu dengan rekan-rekan Kompasianer di stasiun akhir Rangkas Bitung. Kami pun pergi diantar oleh Bapak DC Aryadi dan teman-temanya menggunakan motor langsung ke Museum Multatuli. Bisa juga kok dari stasiun Rangkas Bitung kemudian naik angkutan umum berwarna merah oranye dan meminta ke pengemudi mengantarkan ke Museum Multatuli dengan membayar Rp. 4000.

Museum Multatuli | Dokpri

Museum Multatuli diresmikan oleh Bupati Lebak Hj. Iti Octavia Jayabaya, SE., MM pada tanggal 11 Februari 2018. Multatuli adalah nama pena dari Douwes Dekker. Nama Multatuli sangat melekat dengan Lebak. Multatuli mengenalkan Lebak pada Dunia dalam karya bukunya yang berjudul Max Havelar

Patung Multatuli sedang membaca| Dokpri

Patung Adinda yang sedang duduk sambil memegang bunga

Patung Saidjah, pemuda asal Lebak

Diluar museum terdapat patung-patung yaitu Multatuli, Saidjah dan Adinda dan lemari buku. Kenapa ada patung Saidjah Adinda? jadi kisah romantis dua tokoh pemuda asal Lebak ini ternyata juga masuk dalam buku Max Havelar. Kisah Saidjah dan Adinda memang tidak sepopuler dengan kisah Arjuna dan Srikandi. 

Dokpri

Selama di Museum, kami di pandu oleh Kang Hendra. Kang Hendra mengungkapkan bahwa Museum Multatuli ini bersifat umum, maksudnya Museum ini memberi edukasi tentang sejarah penjajahan Belanda yang datang ke Banten dan bukan hanya kisah Multatuli walaupun nama Museum yang diambil adalah nama pena Douwes Dekker. 

Museum Multatuli | Dokpri

Awalnya Museum Multatuli adalah tempat cagar budaya. Tetapi, sampai sekarang Museum ini masih dijadikan cagar budaya. Museum ini berbeda dengan museum lain yang kita lihat. Museum ini memiliki konsep yang modern. 

Ada beberapa ruang yang memiliki konsep cerita sejarah yang berbeda-beda. Ruang pertama, terdapat replika museum Multatuli, patung, hiasan wajah Multatuli beserta kutipan dari bukunya yaitu Tugas Manusia adalah menjadi manusia. 

Museum Multatuli | Dokpri

Museum Multatuli | Dokpri

Museum Multatuli | Dokpri

Ruangan kedua yaitu Kolonialisme terdapat layar yang menampilkan video animasi kolonial Belanda masuk ke wilayah Nusantara. Ada Replika Kapal Prins Willem dan ada beberapa replika rempah-rempah seperti cengkeh, lada, pala, dan kayu manis. Latar belakang Belanda datang ke Indonesia dengan alasan mencari rempah-rempah. 

Ruang ketiga yaitu sistem tanam paksa. Di ruangan ini terdapat peta sistem tanam paksa, salah satunya Provinsi Banten. Kemudian, ada replika kopi, dan alat penggiling kopi. Kopi adalah salah satu komoditas pertanian yang dihasilkan masyarakat dengan cara tanam paksa. 

Gambar tokoh pahlawan yang menginspirasi Multatuli| Dokumentasi pribadi

Ruang keempat yaitu ruang Multatuli. Di bagian ruangan ini terdapat foto-toto tokoh yang terinspirasi oleh Multatuli yaitu Ir. Soekarno, RA Kartini, Pramudya Ananta Toer.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline