Lihat ke Halaman Asli

Anis Rohmawati

Semua yang terjadi pasti mempunyai hikmah tersendiri

Internalisasi Nilai-nilai Pesantren dalam Budaya

Diperbarui: 7 Juni 2020   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baik disini saya akan memaparkan tentang internalisasi nilai-nilai pesantren dalam budaya.

Menurut Rokeach dan Bank, nilai merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan atau menghindari suatu tindakan mengenai suatu yang pantas dan suatu yang tidak pantas untuk dikerjakan. Hal ini berarti berhubungan dengan pemaknaan atau pemberian arti suatu obyek. Nilai juga dapat diartikan sebagai pikiran atau konsep mengenai apa yang dianggap penting bagi seseorang dalam suatu kehidupan. Selain itu, kebenaran sebuah nilai juga tidak menuntut adanya pembuktian yang empirik, namun lebih ke penghayatan dan apa yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi. 

Sedangkan, menurut Allport, nilai merupakan suatu kepercayaan yang dijadikan preferensi manusia dalam tindakannya, dengan cara manusia menyeleksi atau memilih aktivitas berdasarkan nilai yang dipercayainya. Oleh karena itu,  terdapat dalam setiap pilihan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang baik yang berkaitan dengan hasil (tujuan) maupun cara untuk pencapaiannya. Dalam hal ini terkandung sebuah pemikiran dan keputusan seseorang mengenai apa yang dianggap benar, baik atau diperbolehkan.
Dalam pondok pesantrenn nilai-nilai yang dikembangkan terhadap sumber-sumber ajalan agama Islam yakni Al-Qur'an, Al-Hadist dan Ijtima'. Pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran agama Islam yang melahirkan disiplin ilmu fiqih, tauhid serta tasawuf. Hal ini sangat mengakar dalam kultur pesantren yang selanjutnya dilihat sebagai suatu bangunan sistem nilai yang biasa kita kenal dengan ASWAJA (Ahlussunnah wal Jama'ah). Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai sebuah sistem nilai yang dianut oleh sebagian besar pondok pesantren banyak mempengaruhi terhadap pola pikir dan perilaku yang dipraktekkan di pesantren, baik dalam interaksi internal maupun eksternal.
Konsep nilai yang dikembangkan dalam Ahlussunnah wal Jama'ah antara lain:
1. Tawazun (keseimbangan dan harmoni masyarakat),
2. Al-'Adalah (berkeadilan),
3. Tawasuth (moderat), dan
4. Tasammuh (menjaga perbedaan dan pluralisme dengan penuh toleransi).
Menurut Koentjaraningrat, terdapat 3 wujud dalam budaya, yaitu kebudayaan
- Sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan lainnya,
- Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan dari manusia dalam masyarakat, dan
-Sebagai benda-benda karya manusia.
Wujud dalam budaya tersebut, dalam konteks organisasi disebut dengan budaya organisasi, yang dalam konteks pesantrn dapat dikatakan sebagai budaya pesantren (pesantren culture).
Macam-macam nilai yang terdapat dalam pesantren:
a. Akhlakul karimah
b. Ibadah amaliyah
c. Bacaan Al-Qur'an
d. Hafalan surat-surat Al-Qur'an
e. Didikasi dan royalitas
f. Amanah dan tanggung jawab
g. Nilai toleransi dan tegang rasa
Di era seperti saat ini yaitu era millenial, sangat penting untuk menjaga nilai-nilai yang ada dalam pesantren untuk dijadikan sebagai kebudayaan individu dan kepribadian para santri agar memiliki karakter kepribadian yang baik. Dan juga agar nilai-nilai yang terkandung dalam pesantren, tidak hilang dengan adanya perkembangan teknologi saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline