Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seperti yang kita ketahui filosofi Patrap Triloka sebagai semboyan pendidikan di Indonesia terdiri dari tiga bagian yaitu "Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani". Makna dari semboyan tersebut adalah di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi, dan di belakang memberi dukungan.
Seorang pemimpin diharapkan menerapkan semboyan ini dalam kepemimpinannya. Dimana ing ngrasa sung tuladha seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan, memberikan contoh berperilaku yang baik dan menunjukkan kebajikan universal dalam setiap langkahnya. Sedangkan ing madya mangun karsa, pemimpin di tengah wajib memberdayakan, memotivasi, memberikan pilihan- pilihan yang kreatif, dan solutif untuk mengenali nilai- nilai yang bertentangan. Kemudian tut wuri handayani, pemimpin di belakang mendukung kebajikan serta kualitas positif agar orang lain bertumbuh dan berkembang.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Sebagai manusia kita memiliki nilai- nilai kebajikan yang kita yakini dan pegang teguh, salah satunya yaitu tanggungjawab. Setiap keputusan yang diambil pasti akan dipertanggungjawabkan. Dengan sikap tanggungjawab yang tertanam dalam diri kita akan memengaruhi pemilihan prinsip- prinsip pengambilan keputusan, meskipun tidak ada keputusan yang dapat mengakomodasi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Salah satu tujuan coaching adalah memfaslitasi perubahan ide, perilaku, mindset yang sudah tahu menjadi lebih tahu karena ada goal yang ingin dicapai. Saat proses coaching dengan alur TIRTA, coachee diajak menggali potensi yang dimilikinya sehingga keputusan- keputusan yang diambil nantinya lebih efektif dan coachee bisa mempertangungjawabkan keputusan tersebut.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek social dan emosionalnya tentu saja berpengaruh terhadap pengambilan keputusan terutama dilema etika. Guru yang memiliki kesadaran diri yang baik dan mampu mengelola emosi, pikiran, dan perilaku secara efektif akan bisa merasakan empati pada orang lain sebelum mengambil suatu keputusan yang bertanggungjawab.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai- nilai yang dianut seorang pendidik pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika adalah nilai kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, dan penghargaan akan hidup. Dengan berpegang teguh pada nilai- nilai itu diharapkan pengambilan keputusan dapat dipertanggungjawabkan serta berpihak pada murid dan terwujudnya iklim yang baik di sekolah.