Lihat ke Halaman Asli

Anis Susiati

Mahasiswa

Tinggalkan Miskonsepsi: Klenteng, Bukan Hanya Tempat Ibadah Konghucu Tetapi Rumah Budaya!

Diperbarui: 13 Mei 2024   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prasasti Peresmian Klenteng Boen Tek Bio Banyumas oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Sumber foto : Kompasianer/Anis Susiati)

Klenteng, sebuah tempat yang kerap kali disalahpahami oleh banyak orang. Sebagian besar mungkin mengira klenteng hanya sebagai tempat ibadah bagi umat Konghucu, namun sebenarnya, klenteng jauh lebih dari itu. Klenteng adalah sebuah perwujudan dari kekayaan budaya Tionghoa yang telah mengakar dalam masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Sehingga Klenteng lebih tepat dikatakan sebagai "Rumah Budaya".

Salah satu Klenteng yang memukau adalah Boen Tek Bio Banyumas, merupakan sebuah klenteng yang diresmikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) pada hari Minggu, 9 April 2006 atau dalam penanggalan jawa pada hari Minggu Legi, 10 Mulud 1936, dan pada penanggalan imlek jatuh pada tanggal 12 Sa Gwee 2557. Klenteng ini berlokasi di Kota Lama Banyumas, Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.

Klenteng Boen Tek Bio Banyumas tidak sekadar sebuah bangunan, namun merupakan sebuah warisan budaya yang memiliki arsitektur unik yang memadukan unsur-unsur arsitektur Tionghoa dan Jawa dengan harmoni yang menakjubkan. Setiap sudut klenteng ini menggambarkan cerita yang kaya akan perpaduan budaya yang berbeda namun tetap bersatu dalam keberagaman.

Di dalam Klenteng Boen Tek Bio Banyumas kita akan menemukan altar leluhur yang digunakan untuk ritual kejawen yaitu altar mbah Kuntjung, seorang yang dianggap hidup lama sekali di Banyumas dan dihormati sebagai tokoh suci. Beliau dikatakan sebagai titisan kyai Semar, semar dalam kebudayaan jawa memiliki peran penting sebagai pelindung dan penolong. Selain itu ada tradisi Tionghoa yaitu sembahyang kepada leluhur menjelang tahun baru Imlek, Sembahyang Ci Swa, dan berbagai kegiatan tradisi salah satunya tradisi memandikan patung para dewa. Hal ini menunjukan bahwa Klenteng Boen Tek Bio Banyumas menghadirkan nuansa spiritual yang kental dalam kesatuan budaya yang kaya. Tak hanya itu, klenteng ini juga memiliki sebuah sumur yang airnya berasal dari lima sumber mata air berbeda, yaitu dari Sumur Mas, Sungai Serayu (mata air Tapak Bima), Sendang Ayom, dan mata air dari Kalibening.

Dengan segala keindahan dan keunikan arsitektur, kekayaan sejarah, dan makna spiritual yang mengalir didalamnya, menjadikan klenteng Boen Tek Bio Banyumas sebagai bukti nyata pentingnya pelestarian dan penghargaan terhadap warisan budaya kita, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia serta menjadikan pemahaman yang lebih mendalam tentang klenteng yang bukan hanya tempat ibadah agama Konghucu saja, namun merupakan sebuah rumah budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline