Lihat ke Halaman Asli

Review Dorama Jepang Change! ( 2008 ) : Sedikitnya Tayangan Film Mengenai Politik Kita

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Lagi-lagi dorama lagi :)

Mumpung masih suasana pilpres, kemarin saya ngubek-ngubek film lama yang dibuang sayang. Nah saya nemu dorama Jepang Change! drama bertahun produksi 2008.
Drama yang dibintangi oleh Takuya Kimura ini kalau saya boleh komen muncul sewaktu euforia kemenangan Obama menjadi Presiden Amerika yang ke-44.

Sinopsis.
Asakura Keita adalah guru kelas 5 SD berumur 35 tahun. Yang tiba-tiba didatangi seseorang yang memintanya agar mengikuti pemilihan anggota parlemen. Awalnya Keita menolak karena ia merasa tak cocok mengikuti dunia politik, apalagi mendiang ayahnya yang menjadi politikus disebut-sebut melakukan korupsi walau belum pasti kebenarannya. Kanbayashi Masaichi seorang sekretaris negara dan ketua dari partai Soiyu menugaskan sekretarisnya Miyama Rika untuk membujuk Keita.

Tanpa kesulitan yang panjang akhirnya Keita mau mengikuti pemilihan anggota parlemen tersebut. Dalam masa kampanye ia dibantu pula oleh Elextion Planner bernama Nirasawa Katsutoshi. Desas-desus tentang kasus korupsi ayahnya sempat mencuat karena pihak lawannya yang menyebarkan isu tersebut. Namun Keita pada akhirnya bisa memenangkan pemilihan tersebut, dan mengalahkan pihak lawannya yang merupakan politikus lama.

Masuk ke parlemen Keita yang polos mendedikasikan dirinya untuk kepentingan rakyat, bahkan ia sempat-sempatnya mendengarkan keluhan seorang kakek mengenai kucingnya yang berjumlah 35 ekor, sedangkan pertemuan dengan tokoh-tokoh penting lainnya ia abaikan. Ia keberatan jika menjadi pejabat itu hanya digunakan untuk kumpul-kumpul sesama pejabat saja, sedangkan kepentingan rakyat terbengkalai.

Kejutan selanjutnya dilakukan oleh Kanbayashi Masaichi , ia meminta Keita agar mengikuti pemilihan sebagai perdana Menteri padahal ia baru 2 bulan di perlemen. Namun hal itu tidaklah sulit karena kharisma Keita sebagai politikus muda sudah menarik perhatian masyarakat sejak ia mencalonkan diri menjadi anggota parlemen. Ia dijuluki Pangeran Parlemen.
Namun pencalonannya ini adalah merupakan akal bulus dari ketua partai yang menginginkan pamor partainya naik, dan menjadikan Keita sebagai bonekanya. Ternyata Keita mempunyai jalan pikirannya sendiri, ia sulit dijadikan boneka oleh ketua partai. Di lain pihak ketua partainya mulai menjatuhkannya dari dalam, ia mengendalikan kabinet mentri tanpa sepengetahuan Keita.
Ketegangan makin menjadi, ketua partai yang diangakt menjadi sekretaris negara itu menyebar kabar bahwa ia dipecat oleh perdana menteri. Menteri-menteri lainnya yang memang kaki-tangan ketua partai pun mulai mengancam mengundurkan diri sehingga kabinet terancam runtuh.
Di sisi Keita ia semakin sibuk mengurusi permasalahan rakyat, mulai dari over populasi ubur-ubur yang mengakibatkan ikan berkurang di sebuah teluk akibat pembangunan sebuah DAM, angin topan yang melanda sebuah distrik dan masalah di rumahnya sendiri. Lucu, Keita sebagai perdana mentri akhirnya memilih kabur untuk tinggal di rumahnya sendiri ketimbang di rumah dinas. Di rumahnya ia tinggal bersama dengan Nirasawa Katsutoshi, yang membantunya dalam pemilihan. Keita sempat ambruk karena berhari-hari tidak tidur karena harus membaca berkas-berkas mengenai over popuasi ubur-ubur.
Pada akhirnya Keita dipaksa untuk mengundurkan diri karena beberapa menteri yang dipiihnya diisukan menerima hasil korupsi yang juga mendera ayahnya. Namun dengan pintarnya, ia memutuskan agar ada pemilihan ulang perdana menteri lagi.
Drama ini berakhir manis menurut saya, karena pada akhirnya Keita meminang sekretarisnya Miyama Rika, yang sempat diisukan memiliki hubungan istimewa dengannya :)

Merindukan wakil rakyat yang mendedikasikan dirinya untuk rakyat.

Saya saja masih bingung nanti memilih siapa, malahan kepikiran untuk golput. Wakil rakyat yang sempurna bagai malaikat memang sepertinya sulit untuk dimungkinkan, namun bisa kan? Apalagi memilih presiden. Drama diatas memang terlalu sempurna, namun digambarkan sesuai kenyataan, bahwa menjadi wakil rakyat itu penuh intrik, politik itu kotor, pejabat yang sok-sokan tahu banyak permasalahan rakyat, tapi sebenarnya tidak tahu apa-apa.

Yak intinya mah mari ditonton saja dramanya, dijamin suka :P
#eh gak tau sih haha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline