Lihat ke Halaman Asli

Pentigraf: Panjat Pinang

Diperbarui: 4 November 2022   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sorak-sorai penonton terdengar di lapangan luas yang terletak didalam pedesaan, menikmati acara tahunan yang diadakan tiap tanggal 17 Agustus ini. Sang raja siang pun seakan ikut bergembira dengan cahayanya. Perlombaan demi perlombaan telah usai dilaksanakan dan menghasilkan para pemenangnya. Dan kini tersisa satu perlombaan yang dinantikan oleh para warga, yaitu panjat pinang. Ucup memberanikan diri untuk mengikuti lomba tersebut. Panitia mengacak seluruh peserta dan menjadikan kelompok yang beranggotakan 6 orang secara acak. Badan mereka dilumuri dengan oli yang berwarna hitam legam dan begitu pula dengan batang pohon pinang. Dari keenam pemuda itu hanya satu pemuda yang terdiam, sedangkan kelima lainnya termasuk Ucup menyusun sebuah strategi untuk mencapai target mereka, sebuah tv digital tergantung diatas sana.

Ucup meminta pemuda yang terdiam tadi untuk tidak ragu ketika menginjak bahunya. Karena pemuda yang terdiam itu berbadan kecil, ia ditempatkan pada posisi paling atas. Satu persatu anggota tim mulai menaiki bahu anggota lainnya. Ucup merasa sia-sia menyusun strategi karena anggotanya tetap saja tidak mengikuti apa yang telah direncanakan. Ia kembali membuka obrolan dengan pemuda tadi, tetap tidak ada jawaban dari pemuda itu. Ucup berpikir mungkin pemuda itu juga merasa kesal dengan anggota timnya. Ucup kembali bersiap karena sebentar lagi adalah gilirannya. Ia menaiki bahu keempat anggota timnya dengan mulus. Kemudian tibalah saatnya pemuda tadi menaiki bahu tiap anggota tim. Ia berhasil menaiki bahu anggota timnya termasuk bahu Ucup, suara penonton semakin bergema.

Pemuda itu berhasil keatas dan menarik semua hadiah yang tergantung di puncak. Semua anggota timnya berteriak dan berlari memeluknya ketika ia turun. Ucup juga menepuk pundak pemuda itu dengan rasa bangga. Ucup mengutarakan rasa bahagia didalam hatinya, tetap tidak ada jawaban apapun. Pemuda itu hanya mengangguk dan tersenyum simpul. Lalu datanglah seorang pemuda lain yang terlihat bersih dan rapi, mata pemuda tadi menjadi terbelalak melihat kedatangannya. Tergantung sebuah nametag bertuliskan panitia di dada nya, "Cup, daritadi saya lihat kamu berbicara dengan dia. Saya lupa ngasih tau kalau sebenernya Mas ini ada gangguan pendengaran, maaf ya Cup baru kasih tau sekarang."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline