Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang melaksanakan otonomi daerah dan merupakan penyumbang kue ekonomi terbesar di Provinsi Bali. Tanpa mengecilkan arti dari kabupaten yang lainnya, Kabupaten Badung mampu berperan hampir seperempat dari keseluruhan ekonomi yang dihasilkan di Provinsi Bali.
Kontribusi tersebut cukup dominan dalam perekonomian Bali. Bali sebagai salah satu objek wisata dunia, memang memiliki daya tarik yang sangat besar bagi kunjungan para wisatawan.
Badung sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki potensi wisata cukup besar, baik potensi wisata alam, wisata buatan, wisata budaya, wisata remaja maupun penunjang pariwisata seperti penyediaan akomodasi dan makan minum.
Setidaknya terdapat 36 objek wisata yang ada di Kabupaten Badung, diantaranya adalah wisata pantai, pura, Garuda Wisnu Kencana (GWK), monumen tragedi kemanusiaan di Kuta dan lain sebagainya. (BPS Kabupaten Badung, 2017).
Keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah dapat diukur dengan beberapa indikator yang lazim digunakan sebagai alat ukur. Indikator yang lazim digunakan adalah produk domestik regional bruto (PDRB) yang bisa menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah. Indikator lain adalah tingkat pertumbuhan, pendapatan perkapita dan pergeseran atau perubahan struktur ekonomi.
Menurut pendapat Salwa salah satu mahasiswi Ekonomi Pembangunan FEB UMM, memacu laju pertumbuhan ekonomi regional serta meningkatkan kontribusinya terhadap pembentukan total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka pembangunan sektor unggulan dapat dijadikan sebagai penggerak pembangunan ekonomi.
Secara umum tujuan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor unggulan adalah untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dengan demikian dapat tercipta stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis, dan tercipta kemakmuran dan kesejahteraan yang dinikmati oleh masyarakat daerah tersebut.
Pada tahun 2018, peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Badung dihasilkan oleh kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, yaitu mencapai 28,84 persen. Selanjutnya kategori Transportasi dan Pergudangan sebagai akses masuk bagi para wisatawan memberikan kontribusi sebesar 25,65 persen (naik dari 23,69 persen di tahun 2014), dan disusul oleh kategori Konstruksi sebesar 8,72 persen (naik dari 8,71 persen di tahun 2014).
Di antara ketiga kategori tersebut, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum adalah kategori yang mengalami pergerakan yang berfluktuasi. Pada tahun 2014, kontribusi kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mencapai 29,02 persen. Kemudian menurun hingga pada tahun 2016 mencapai 28,50 persen. Mengalami peningkatan kembali pada tahun 2017 yaitu sebesar 28,93 persen, dan akhirnya pada tahun 2018 mengalami penurunan kontribusi yaitu sebesar 28,84 persen.
Di posisi kedua, kategori Transportasi dan Pergudangan cenderung mengalami peningkatan peranan. Pada tahun 2014 kategori Transportasi dan Pergudangan memberikan kontribusi sebesar 23,69 persen, terus meningkat hingga pada tahun 2018 mencapai 25,65 persen. Sementara di posisi ketiga, kategori konstruksi mengalami kecenderungan berfluktuasi.
Pada tahun 2014 kategori konstruksi memiliki peranan sebesar 8,71 persen, menurun hingga pada tahun 2017 mencapai 8,24 persen. Kemudian mengalami peningkatan peranan hingga pada tahun 2018 mencapai 8,72 persen. Disisi lain, kategori kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan peranannya di Kabupaten Badung berangsur-angsur menurun. Kontribusi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tahun 2018 menurun dibanding tahun 2014. Pada 2014 kontribusinya sebesar 6,75 persen, lalu menurun menjadi 6,00 persen pada 2018.