Oleh : Anisa Salsabila
Perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara mengalami pasang surut dan jatuh bangun. Berpuluh-puluh tahun berjuang melawan kekuatan kolonial asing, setelah mendapatkan kemerdekaan tidak lantas selesai persoalan. Justru kemerdekaan yang di deklarasikan pada 17 Agustus 1945 menjadi titik pijak perjuangan bangsa agar dapat mewujudkan cita-cita sebagai negara berdaulat dan menyejahterakan seluruh rakyat.
Hingga sampai saat ini pun masih kental dengan adanya rupa-rupa bumbu politik praktis yang terjadi di setiap Universitas, sampai aksi demonstrasi mahasiswa yang melakukan orasi maupun provokasi dimana terkadang tidak setimbang dengan isu politik yang terkait.
Seperti kedatangan cawapres Ma'ruf Amin ke kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dimana memanipulasi ceramah berunsur politik, sempat di demo oleh puluhan mahasiswa yang menentang untuk politik praktis di dalam kampus dan meminta pihak Universitas netral terhadap politik.
Mahasiswa yang melakukan aksi mengatakan kedatangan Ma'ruf Amin ke Universitas dinilai melakukan kampanye terselubung. Mereka menolak kampus dijadikan tempat untuk politik praktis. Situasi politik saat ini memang sedang panas-panasnya. Aliran politik menjadikan masyarakat tersekat dalam beberapa golongan dengan kehidupan secara tradisional.
Secara garis besar kekuatan politik saat ini terpusat pada tiga kekuatan, yaitu: kanan Ma'ruf Amin, kiri dan tengah, atau biasanya dikategorikan dengan kalangan politisi islam Ma'ruf Amin, kalangan politisi komunis dan militer.
Kondisi ekonomi dan politik juga tidak stabil, wacana menggulingkan kampanye terselubung Ma'ruf Amin tidak terhindarkan. Gerakan pemberontakan, demonstrasi dan huru-hara yang terjadi di berbagai tempat. Para mahasiswa pun ikut andil dalam gerakan tersebut demi memperjuangkan hak nya mereka di kampus, merasa tak adil jika nilai dijadikan salah satu kewajiban untuk mengikuti kampanye hitam. Dalam ceramah itu, Ma'ruf juga mengatakan akan menguatkan pembangunan nasional Indonesia. Ia menyebutnya hijrah ekonomi arus baru. Di situ disiapkan landasan atau runway paling tidak untuk 2024. Jadi, setelah itu menurutnya Indonesia bisa lepas landas dengan pijakan yang kuat. Arus baru ini, menurutnya membalik itu semua. Ekonomi harus didasari Pancasila dan arus baru itu adalah ekonomi kerakyatan dan keumatan.
Dari sinilah kita melihat bahwa bagaimana mahasiswa menentang kampus sebagai suatu tempat pendidikan mau dicampuri oleh adanya kepentingan politik praktis. Tidak ada salahnya memang untuk memperjuangkan hak mahasiswa, ambilah contoh dari para tokoh demonstran sebelumnya di era 60-an (masa transisi orde baru) seperti Soe Hok-Gie. Mahasiswa demonstran dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia, yang memiliki jiwa idealisme kritis bertentangan dengan politik Soekarno pada era itu. Dimana perihal kejadian korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi merajalela, dari mulai pembentukan demokrasi terpimpin yang semakin mengarah pada penyerahan kekuasaan, praktik kolusi dan nepotisme (siapa yang punya koneksi akan diuntungkan).
Munafik adalah sebuah sikap tak setia pada pendirian. Bisa dikatakan orang munafik adalah mereka yang bermuka dua yang sangat membahayakan organ perjuangan. Gie adalah aktivis mahasiswa pengutuk kemunafikan. Ia melihat langsung kawan-kawan idealis seperjuangannya dahulu justru membelot dan menjadi bagian dari pemerintahan yang sebelumnya bersama-sama ditentang. Hanya ada dua pilihan: menjadi apatis atau mengikuti arus. Tapi, cobalah untuk memilih jadi manusia merdeka. Bagi seorang Gie, Universitas adalah tempat paling suci, tempat arus pemikiran bergejolak, dan tidak boleh dibendung serta diatur oleh intervensi politik maupun pemerintah. Bagi dirinya, Universitas adalah benteng pertahanan terakhir dari sebuah peradaban dan kemerdekaan intelektual sebuah bangsa. Idealisme Gie tersebut membuat sosoknya dikenal sebagai intelektual bebas dan juga terkesan pejuang yang berjalan sendirian.
Fase transisi di Indonesia, baik setelah Revolusi Kemerdekaan 1945 maupun Reformasi 1998 menyisikan suatu pekerjaan lain diantara pekerjaan yang mendesak dan banyak reformasi politik, reformasi kebangsaan, reformasi kelembagaan Negara, demokratisasi ekonomi dan politik ada tugas lain yang penting mungkin menolong fase transisi yang sampai hari ini belum bisa dikatakan berhasil terlewati. Dimaksudkan adalah kita sebagai mahasiswa harus turut andil dalam keadilan hak terutama pada lingkungan kampus yang menjadikan diri sendiri sebagai makanan empuk bagi para penguasa yang bertahta, menambah kesadaran pula tentang sejarah politik selama hampir 70 tahun terakhir ini, karena disitu bangsa ini mungkin mencari sumber kesulitan sekarang, mungkin menemukan pelajaran yang dapat melapangkan sedikit jalan keluar dari keadaan krisis sekarang ini.