Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Melek Literasi Finansial dan Finansial Planning untuk Anak Muda

Diperbarui: 14 Oktober 2021   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Finansial planning tentu masih sangat asing di masyarakat kita, karena jika berhubungan dengan finansial sudah  tertanam mindset hanya untuk anak ekonomi, sehingga bagi kalian yang bukan anak ekonomi akan merasa tidak terlalu penting. 

Sayapun begitu, karena finansial merupakan suatu hal yang rumit dan sangat sulit dipahami. Namun karena pandemic ini, saya merasa lebih terbuka mindset-nya mengenai Finansial Planning.

Berawal dari minimnya aktivitas yang dapat dilakukan selama awal pandemic, maka saya pada saat itu sedang iseng membuka Youtube, niat hati untuk menghibur diri dengan melihat konten yang lucu serta menghibur, namun entah pada saat itu pilihan saya jatuh kepada konten Youtube-nya Raditya Dika yang membahas cerdas keuangan serta investasi. 

Karena konten tersebut di kemas dengan sangat kreatif, sehingga saya tidak merasakan adanya tekanan fikiran ketika melihatnya. Namun sebaliknya, ketika saya menonton konten tersebut, saya merasa ketagihan untuk terus menonton konten mengenai cerdas keuangan.

Berawal dari ketidaksengajaan saya menonton konten Raditya Dika, berakhir dengan coba-coba instrument investasi. Investasi pertama saya ada di Reksadana, dan saya pada saat itu hanya menaruh uang 100 ribu, karena saya bukan seorang pekerja yang mempunyai passif income, namun hanya seorang mahasiswa biasa yang sedang tidak memiliki kegiatan selama awal masa pandemic. 

Dari reksadana 100 ribu tersebut, berlanjutlah sampai sekarang dengan mencoba coba instrument investasi lain. Saya sempat untuk ragu terjun di dunia saham, namun karena keingintahuan saya yang pada saat itu tinggi, membawa saya akhirnya berani menaruh uang di pasar saham.

Sebelum terjun di pasar saham, saya benar-benar memperhatikan perkataan Raditya Dika mengenai investasi saham, bahwa "Gunakanlah Uang Dingin" dan "Pahami profil resiko kamu", yang membawa saya pada pemahaman bahwa, jika ingin terjun ke pasar saham, hendaklah memakai uang yang memang "nganggur" alis tidak dipakai, karena saham tidak selalu untung dan harus siap rugi.

Awal mula saya belajar saham, memang tidak di bekali oleh pengetahuan yang mumpuni. Hanya berbekal keingintahuan untuk mencoba langsung dan tekad yang bulat. 

Saham pertama yang saya beli menunjukan grafik yang turun, dan tidak lama setelah itu saya merugi hampir 20% karena saham yang saya beli sedang berada di "pucuk", namun saham tersebut tetap saya pertahankan selamaa 6 bulan lamanya, ketika saya menjual saham tersebut, grafik saham menunjukkan kenaikan yang signifikan sekitar 40%.

Cerita tersebut memang terdengar tidak mengenakkan, namun percayalah bahwa hal tersebut murni karna tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup mengenai pasar saham. 

Namun karena hal tersebut, saya menjadi semakin melek literasi finansial. Tidak hanya seputar saham dan reksadana, namun tentang mengelolah keuangan bagi mahasiswa, bagaimana caranya membelikan sesuatu barang karena fungsi bukan hanya sekedar gengsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline