Pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa dua Warga Negara Indonesia (WNI) terkonfirmasi positif virus Covid-19. Setelah sebulan sejak kasus pertama diumumkan, Indonesia mengalami lonjakan kasus yang sangat signifikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global tepatnya pada tanggal 11 Maret 2020.
Pandemi membuat banyak perubahan bagi Indonesia, termasuk bidang pendidikan. Sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim tentang pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat Covid-19 menetapkan bahwa proses belajar-mengajar baik dari tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi untuk sementara dilakukan secara online atau daring dari rumah masing-masing (Surat Edaran Kemendikbud, 2020). Kemudian, pemerintah menyiapkan fase "New Normal" untuk membenahi berbagai dampak yang disebabkan oleh Covid-19 maka guru dan peserta didik dituntut untuk bisa beradaptasi dengan kondisi "New Normal".
Menurut pendapat ketua tim pakar gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 pengertian new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas. Didalam dunia pendidikan perubahan perilaku yang dimaksud yaitu seperti sistem pembelajaran dilakukan dengan sistem blended learning, artinya belajar dengan model menggabungkan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran dengan sistem blended learning membuat guru harus bisa menggunakan metode yang tepat untuk melakukan pembelajaran karena guru dan peserta didik sebelumnya sudah terbiasa melaksanakan kegiatan belajar secara daring, sekarang harus bisa beradaptasi lagi dengan menggabungkan metode pembelajaran tatap muka dan daring.
Seorang guru juga harus mempunyai teknik mengajar terutama pada mata pelajaran matematika dimana banyak peserta didik yang menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Oleh karena itu, guru harus bisa mengubah mindset para peserta didik bahwa mata pelajaran matematika bukanlah pelajaran yang menakutkan.
Pada saat pembelajaran jarak jauh atau daring banyak kendala yang di alami baik pada guru maupun peserta didik seperti keterbatasan dalam menguasai teknologi informasi, kurangnya sarana yang dimiliki peserta didik, sulitnya sinyal di daerah sehingga menyebabkan pembelajaran kurang efektif ditambah lagi peserta didik yang merasa jenuh ketika belajar dirumah. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk seorang guru dalam mengajar.
Sesuai pengamatan, berdasarkan fakta ternyata selama ini masih banyak peserta didik yang memiliki minat yang rendah dalam mengikuti pembelajaran matematika di dalam kelas. Salah satu faktor penyebabnya adalah terkadang guru kurang memperhatikan hal-hal yang dapat membuat peserta didik menjadi senang dalam mengikuti pelajaran matematika misalnya dengan penggunaan media ataupun penggunaan model dan metode saat mengajar di kelas.
Lalu, bagaimana caranya agar peserta didik tetap memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran matematika di saat pandemi seperti sekarang?
Pertama, guru harus bisa memilih metode yang tepat agar peserta didik bisa lebih mudah untuk memahami materi. Banyak metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Maka dari itu, saat pembelajaran daring guru juga harus bisa memilih metode yang tepat. Berikut ini ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran daring di era new normal seperti saat ini, yaitu :
1. Project Based Learning
Project based learning adalah model pembelajaran yang didasarkan pada proyek, di mana siswa dihadapkan dengan masalah yang ada di dunia nyata yang dianggap bermakna, kemudian bertindak secara kolaboratif untuk menciptakan solusi dari masalah tersebut. Pembelajaran dengan metode project based learning yang pada saat pembelajaran secara daring dapat dilakukan menggunakan Google Classroom dan aplikasi WhatsApp yang dapat dijadikan sebagai sarana pemantau kegiatan belajar mengajar.