Tahun 2024 menjadi tahun penentuan bagi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Tahun ini dipenuhi dengan perbincangan politik, mulai dari pemilihan presiden, wakil presiden, pemilihan legislatif, hingga pemilihan kepala daerah. Pesta rakyat ini tentu saja membuat para calon politisi yang mencalonkan diri berlomba-lomba dalam kampanye. Setiap pemilu selalu diiringi dengan kampanye, baik melalui baliho, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya.
Namun, kehancuran lingkungan dan kerugian sosial di balik panggung kampanye politik seringkali menjadi isu yang terlupakan atau kurang mendapat perhatian yang cukup. Salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan adalah ketidakpedulian atau kurangnya kesadaran tentang masalah lingkungan di platform kampanye. Kebijakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sering diabaikan oleh politisi yang terlalu fokus pada kepentingan ekonomi atau politik. Terlalu banyak fokus pada janji-janji politik, retorika, dan strategi kampanye membuat kita seringkali mengabaikan dampak yang mungkin timbul pada lingkungan dan masyarakat.
Kampanye yang Merugikan Lingkungan hingga Menelan Korban
Banyak yang mencalonkan diri sebagai politisi seringkali cenderung menggunakan alat peraga kampanye secara berlebihan. Menurut saya baliho, umbul-umbul, dan spanduk yang dipasang di sepanjang jalan justru menjadi sebuah pesta bagi para calon politisi. Penggunaan alat peraga kampanye yang kurang bijak oleh calon politisi dapat menciptakan dampak negatif, baik dari segi lingkungan maupun dalam konteks sosial. Sebaiknya, para calon politisi meninjau kembali apakah hal tersebut benar-benar efektif atau hanya memberikan kerugian bagi lingkungan sekitar.
Baliho-baliho yang dipasang di sepanjang jalan dan spanduk-spanduk yang berada di sisi flyover seringkali mengganggu pandangan saya. Penggunaan APK tersebut tidak teratur sehingga menyebabkan polusi mata. Pemandangan kota dan pedesaan yang seharusnya indah dan bersih dapat terganggu oleh keberadaan struktur kampanye yang tidak memperhatikan estetika lingkungan. Bawaslu saja menertibkan kembali baliho-baliho dan spanduk-spanduk yang tidak sesuai peraturan. Lagipula, penggunaan baliho dan spanduk merugikan lingkungan. Ketika APK tersebut robek dan menumpuk, akhirnya menjadi sampah yang sulit terurai.
Mirisnya akhir-akhir ini terdapat banyak kasus korban kecelakaan akibat alat peraga kampanye tersebut. Salah satu contohnya adalah kasus baliho pemilu yang menyebabkan kematian seorang warga di Kebumen. Menurut pendapat saya, hal tersebut seringkali terjadi karena pemasangan APK yang tidak kokoh, sembarangan, dan dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Era Baru Kampanye Baru
Alangkah baiknya, era baru seharusnya diiringi dengan kampanye yang baru pula. Kurangilah penggunaan alat peraga kampanye seperti baliho, spanduk, dan poster yang terbuat dari bahan non-ramah lingkungan. Tempatkan alat peraga kampanye hanya pada lokasi-lokasi tertentu, karena setelah pemilu berakhir barang-barang tersebut akan kehilangan nilai dan hanya berkontribusi sebagai sampah yang semakin bertambah. Oleh karena itu, saya berharap setelah pemilu selesai, semua alat peraga kampanye dapat dirapikan dan dibersihkan agar tidak menumpuk begitu saja.
Era baru yang semakin canggih menuntut perubahan dalam pendekatan kampanye, mengikuti perkembangan zaman yang lebih digital. Penggunaan alat peraga kampanye baru membawa ide-ide kampanye yang lebih berkelanjutan. Menurut saya, para politisi sebaiknya beralih dari penggunaan alat peraga kampanye konvensional seperti baliho berbahan plastik, menuju pemanfaatan baliho digital, videotron, dan media sosial. Pendekatan kampanye baru ini tidak hanya membawa perubahan yang lebih baik, tetapi juga dapat mengurangi risiko kecelakaan yang tidak diinginkan.
Era baru dalam kampanye membuka peluang untuk meningkatkan aksesibilitas dan inklusi, di mana calon politisi yang lebih kecil atau independen memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bersaing. Hal ini menciptakan peluang yang lebih merata bagi setiap kandidat, sehingga mendukung proses demokrasi yang lebih dinamis. Harapannya, dengan beralih ke kampanye baru, dapat meminimalisir kerugian bagi lingkungan dan mencegah kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Tidak ada lagi alat peraga kampanye yang menelan korban karena penempatan yang tidak sesuai atau akibat oknum yang tidak bertanggung jawab dalam pemasangannya. Namun, patut dipahami bahwa keberhasilan kampanye baru di era sekarang perlu diiringi dengan undang-undang yang bijak dan peningkatan literasi digital yang lebih baik. Semoga, dengan adanya kampanye baru yang memanfaatkan teknologi, dapat membantu berbagai pihak dan calon politisi, serta memberikan manfaat bagi lingkungan yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H