Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Kebutuhan Pelajar

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Kebutuhan Pelajar

Sudah Sesuaikah Lulusan Smk Dengan Outputnya ?? (Pekerjaan Setelah Lulus)

Anisa Nur aisyah

XI MULTIMEDIA

October 2014

Akhir-akhir tahun ini SMK menjadi buah bibir masyarakat indonesia. Karena SMK dinilai bisa melahirkan lulusan yang mampu langsung terjun ke dunia kerja. Banyak  nilai plus yang dimiliki SMK. Dari tahun ke tahun SMK terus berkembang dan mengkoreksi diri dari Kekurangan  diperiode  pembelajaran sebelumnya. Maka dari itu, banyak perusahaan yang mengincar lulusan SMK untuk bekerja di perusahaannya. Karena keunggulannya dari SMA, banyak orangtua yang mempercayakan anaknya untuk meneruskan sekolah ke bangku SMK. Dengan harapan setelah lulus tak susah susah lagi dalam mencari pekerjaan. Orangtua pun tak perlu pusing - pusing memikirkan pendidikan selanjutnya yg lebih tinggi untuk anaknya.

“... Karna SMK itu banyak orang yang bilang SMK kan buat orang-orang yang mau langsung kerja, ya karena SMK memang gampang dilatih dan dikasih kemampuan atau keahlian buat bisa terjun langsung kedunia industri gitu.” jawab Aldi (lulusan SMK TARUNA BANGSA BEKASI) saat ditanya mengapa memilih SMK (Sen.29/09).

Kalau ditanya SMK berbeda dengan SMA, jelas sangat berbeda.  Fasilitas sarana dan prasarananya pun juga berbeda. SMK yang memiliki Mata pelajaran Produktifitas Kejuruan tentu wajib memiliki fasilitas yang mendukung pembelajaran siswa sesuai jurusannya. Beda lagi dengan SMA yang terfokus dengan pelajaran umum saja. Namun, disinilah problematika terjadi. Masih ada SMK yang belum terpenuhi fasilitas pendukung belajar.

Fasilititas lengkap, nyaman, dan memadai untuk kuota siswa hampir hanya bisa dinikmati di SMK Negeri dan SMK Swasta Favorit yang mahal. Anggapan itu yang membuat orangtua berlomba-lomba memasukan anaknya ke SMK Negeri atau Sekolah terfavorit sekalipun dengan biaya yang cukup mahal,bagi yang mampu tentu mereka tak menghiraukan masalah uang. Ironis bila permasalahan ini dirasakan para kalangan menengah kebawah dengan penghasilan yang pas-pas’an. Tak menutup kemungkinan orangtua akan memutuskan untuk tidak menyekolahkan anaknya lagi. Cukup sekolah sampai SMP setelah itu bantu bapak atau ibu bekerja. Inilah yang memicu peningkatan jumlah anak putus sekolah dan pengangguran diindonesia.

Namun, pemerintah tak tinggal diam. Pembagian dana BOS (Bantuan Oprasional Sekolah) telah tersalur ke SMK-SMK Negeri maupun swasta dalam bentuk Buku paket, Pemotongan uang SPP, dll. Pemerintah selalu berupaya menekan angka putus sekolah diindonesia. Dengan mengeluarkan kebijakan- kebijakan baru serta menaikan jumlah dana BOS sudah diusahakan pemerintah.

Itulah hebatnya SMK dalam berkembang untuk memajukan mutu dan masa depan bangsa. belakangan ini nama SMK sangat melejit, bersamaan dengan meninggakatnya mutu pendidikan jurusan SMK. Pertanyaannya apakah Sekolah SMK yang standar telah mampu melahirkan lulusan yang berkompeten? jawabannya, bisa jadi iya atau tidak. Bahkan SMK Negeri, Favorit, Internasional school, atau sekolah biasa pun tak selamanya bisa menjamin lulusannya sukses mendapatkan output yang berbanding lurus dengan jurusan yang dipilihnya saat diSMK. Jika kebutuhan telah terpenuhi namun tak ada semangat belajar dalam diri anak tersebut, sia-sia saja waktu dan biaya yang telah habis untuk biaya sekolah.

Baiknya pendidikan yang dibutuhkan Siswa/i SMK adalah pendidikan yang berkarakter namun tidak membatasi ruang gerak kebebasan siswa dalam berkreasi dan berkompetisi antar siswa. Cara mengajar gurupun berpengaruh pada belajar siswa. Apalagi belakangan ini ada perubahan kurikulum baru dengan waktu belajar yang cukup lama. Jika cara ajar guru masih pasif, tidak menyenangkan, dan cenderung kaku Bagaimana peserta didik bisa menerima dan menyukai pelajaran bila dengan pengajarnya pun mereka sudah tak begitu suka dan cenderung benci. Dalam mendidik jadikanlah siswa sebagai sahabat, kenali karakter mereka maka dari situ lah akan terjalin hubungan belajar mengajar yang baik dan interaktif.

Dari survei yang penulis dapat, kebanyakan lulusan SMK mampu langsung mendapat kan output sesuai dengan jurusan yang mereka punya. Namun, ada juga yang langsung dapat pekerjaan tetapi tak sejalur dengan jurusannya, alasan yang sering ditemukan adalah agar cepat bekerja apapun pekerjaannya asalkan dapat gaji, bisa menabung, dan nantinya dapat memenuhi keinginan nya masing masing entah itu investasi dalam bentuk usaha, barang berharga seperti motor, handphone,dll, atau  mereka menabung untuk modal melanjutkan kuliah, itu sah sah saja. Ada juga yang bekerja sambil kuliah. Ambil kuliah malam dan bekerja pagi hingga siang atau sore hari.

Rata-rata mereka yakin dengan pekerjaan mereka dan kemampuan mereka dibidangnya masing-masing. Mereka optimis mampu naik jabatan dan suatu saat bisa membuka lapangan kerja yang lebih baik.Para lulusan SMK merasa materi dalam jurusan yang mereka dapat sudah cukup untuk modal dipasar industri. Namun, ada pula yang beranggapan fasilitas sarana prasarana belajar di SMK swasta masih belum memenuhi kebutuhan belajar bila ditanya sempurna apa belum kah fasilitas Sekolah SMK swasta tempat mereka bersekolah dulu. Guru-guru pendidik pun sangat ramah dan baik dalam mengajar adakalanya guru meluangkan waktu untuk bersenda gurau dengan siswa agar dapat mencairkan suasa saat akan belajar. Namun, ada pula guru yang terbilang kaku dalam belajar. Itu yang membuat siswa tidak nyaman, dan merasa bosan.

Kebutuhan pelajar itu tidak muluk-muluk, cukup dengan diturunkannya biaya sekolah, fasilitas yang cukup mendukung pelajaran umum maupun jurusan, suasana belajar yang nyaman, sambutan guru yang menyenangkan sekaligus mampu membangkitakan semangat belajar dan maju untuk sukses, serta peluang kerja setelah lulus mungkin itu sudah cukup. Selebihnya, ada ditangan siswa itu sendiri yang  bersedia menerima peluang kesukses atau tidak. Sekolah hanya sebagai wadah sebagai pengiring kesuksesan siswa tersebut. Tapi nanti yang menentukan maju atau tidaknya anak itu bukan sekolah yang menentukan melainkan anak tersebut yang memutuskan nasip kedepannya seperti apa. Walaupun banyak yang  beranggapan nama sebuah SMK akan berpengaruh dipasar industri, itu bukan jadi masalah. Yang pantas dipertimbangkan adalah skill dari diri masing-masing, bukan nama sekolah atau pamor belaka.

SMK hebat SMK pasti bisa, Menurut saya SMK telah berusaha untuk berkembang dalam memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Perlahan namun pasti Pemerintah akan mensejajarkan mutu kualitas tiap-tiap SMK diindonesia. Dengan adanya dana bantuan dari pemerintah dan datangnya Kurikulum baru 2013 akan membantu SMK menjadi yang terbaik dan mampu bersaing dengan SMA atau sederajat didunia kerja.(nisa)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline