Lihat ke Halaman Asli

maisyarahanisa

Mahasiswi | Pembelajar Amatir bertransformasi menjadi Mahir

Biografi Taufiq Al Hakim

Diperbarui: 12 Mei 2020   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

arabstages.org

Taufiq Al Hakim merupakan sastrawan Arab moderen berdarah Arab-Turki. Dia lahir di Alexandria, Mesir, pada tahun 1898 tanggal 9 Oktober dan meninggal pada tanggal 26 Juli tahun 1987 di Kairo. Taufiq adalah seorang sastrawan yang dikenal sebagai peletak dasar drama Mesir moderen yang sangat terkemuka dalam dunia sastra Arab.  Ayahnya bernama Ismail Bek al Hakim yang merupakan seorang petani yang kaya raya, sedangkan ibunya adalah anak dari perwira tinggi Turki. Melihat latar belakang kedua orangtuanya, Taufiq merupakan keturunan dari keluarga yang mampu. 

Pada usia 7 tahun, dia dimasukkan oleh ayahnya ke sekolah dasar di Damanhur. Masa usia mudanya dihabiskan dengan menyendiri tanpa keluar rumah. Ibunya yang cukup otoriter kepadanya, menahannya untuk tidak keluar rumah, yang mana hal ini sangat membatasi geraknya sebagai anak muda. Hal ini membuatnya lebih sering untuk bermain sendiri dan banyak berimajinasi. Hal ini terus berlangsung sampai Taufiq menyelesaikan studinya dari sekolah dasar di Damanhur. 

Setelah lulus dari sekolah dasar, Taufiq dikirim oleh ayahnya untuk melanjutkan sekolah ke Kairo, Mesir. Di sana, Taufiq dapat bernafas dengan lega. Dia terbebas dari kekangan sang ibu dan dapat mengeksplor diri lebih jauh. Di Kairo, Taufiq tinggal bersama paman dan bibinya, yang bernama Hasan al Hakim dan Jalilah, yang dikenal cenderung lebih moderat, dibanding ibunya. Pamannya merupakan seorang guru sekolah dasar dan dosen di Fakultas Tehnik. 

Hidup bersama pamannya di Kairo, membuat dia lebih bebas. Akan tetapi, meski begitu, Taufiq tetap berbeda dari anak lelaki seusianya, dia tidak menyukai permainan yang berbauf fisik. Permainan sepak bola, misalnya. Taufiq lebih menyukai untuk mengarang puisi dan berdiskusi. Pada masa ini, Taufiq pertama kali merasakan jatuh cinta kepada seorang gadis yang tinggal dekat rumahnya. Sayangnya cinta Tufiq tidak sesuai ekspetasi, dia menjadi patah hati dan menjadikannya seorang penyendiri kembali.

Pada 1919, saat itu terjadi pergolakan di Mesir. Hal ini membuat dia dan pamannya terlibat dan berjuang di bawah pimpinan Sa'ad Zaglul. Akibatnya, mereka akhirnya tertangkap kemudian ikut ditahan dalam penjara. Di sana, sastrawan Arab moderen satu ini lebih banyak menghabiskan waktunya dalam berimajinasi, terkadang berpikir tentang hal-hal yang bersifat metafisis.

Tidak sampai satu tahun lebih, saat pergolakan berakhir, saat Sa'ad Zaglul dibebaskan dari tahanan, Taufiq dan pamannya pun ikut serta dibebaskan. Setelah masa itu, Taufiq mulai mengembangkan hobinya, yaitu menulis. Taufiq menulis hal apa saja yang dia inginkan. Terkurung dalam penjara membuat dia menjadi seorang penghayal juga pengamat yang baik. Setelah terbebas dari tahanan, Taufiq berkecimpung dalam dunia musik dan seni suara, yang akan mengantarkannya pada dunia drama dan teater.

Setelah menyelesaikan studinya di sekolah menengah, Taufik al Hakim melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Hukum. Di lain sisi, bakat seni dan teaternya mulai terasah, sejak dia bergabung dengan para seniman muda, di antaranya dengan Mahmud Taimur. Pada tahun 1922, dia mulai menyusun beberapa naskah drama yang dipentaskan oleh grup teater Ukasya di gedung teater Al Azbekiyah. Selain itu, dia juga memeroleh ijazah sarjana muda. 

Kemudian, pada tahun 1925, dia lulus dari studi Ilmu Hukumnya. Setelah itu, dia meminta kepada ayah, untuk diizinkannya pergi ke Paris, dengan alasan melanjutkan pendidikannya dalam bidang hukum. Ayahnya sangat senang mendengar permintaannya hingga akhirnya dia pun disetujui untuk bertolak ke Paris.

Saat dia tiba di Mesir, Taufiq al Hakim lebih sering menghabiskan waktunya pada dunia seni. Dia rela menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menonton opera, pementasan drama, atau menonton pertunjukan musik klasik. Hal ini semakin menambah unsur imajinatifnya. Pada saat ini, dia untuk kali keduanya merasakan jatuh cinta. Akan tetapi, cintanya lagi-lagi tidak sesuai ekspetasi. Dia pun sering larut dalam lamunannya.

Tahun 1928, dia kembali ke Mesir. Dia tetap melanjutkan untuk menulis dan menghasilkan karya-karya sastra. Taufiq juga berusaha untuk membentuk sebuah kelompok teater untuk mementaskan naskah drama yang telah dia tulis. Selain itu dia aktif di ranah politik. Dia pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Mesir pada tahun 1928. Dia juga pernah diangkat sebagai direktur di Departemen Pendidikan dan Pengajaran.

 Karya-karya sastra Taufiq al Hakim tidak jauh-jauh temanya dari hal-hal yang berbau metafisis, filsafat, dan religi. Sesekali dia membahas soal cinta dari segi aspek lain dan perempuan. Tidak jarang di karya-karya Taufiq menjadikan tokoh-tokoh gaib seperti setan dan malaikat sebagai peran utama dalam cerpennya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline