Lihat ke Halaman Asli

Bocah SD Lompat dari Gedung Lantai 15: Mungkinkah Perlu Adanya Sosok Guru BK di SD?

Diperbarui: 11 Maret 2018   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru - baru ini netizen dibuat heboh dengan berita yang mengejutkan. Berita ini datangnya dari negeri tirai bambu, yaitu Tiongkok. Bagaimana tidak mengejutkan, seorang gadis sekolah dasar mencoba mengakhiri hidupnya dengan melompat dari apartemen lantai 15 tempat tinggalnya dengan alasan stres karena terlalu banyak PR dari sekolah. Untungnya, usahanya tersebut gagal. Dilansir oleh liputan6.com, menurut Shanghaiist via Medium.

Di samping karena masalah tugas, hal ini menyangkut masalah psikis sang anak. Disitu peran guru BK dipertanyakan, apakah perlu adanya sosok guru bk di tingkat sekolah dasar atau tidak. Berbeda dengan tingkat sekolah menengah yang memiliki guru pengajar setiap mata pelajaran, sekolah dasar pada umumnya memiliki satu guru pengajar setiap satu kelas yaitu guru wali kelas yang mengajar seluruh mata pelajaran. Maka tak heran jika tak ada guru BK di tingkat sekolah dasar karena guru wali kelas merangkap peran menjadi guru BK.

Lain dulu lain sekarang, tingkah laku anak - anak zaman sekarang atau yang dikenal dengan istilah "kids jaman now" memang semakin nyeleneh, jauh berbeda dengan anak zaman dulu. Pasalnya, banyak ditemukan di media sosial anak kecil seusia sekolah dasar berperilaku layaknya orang dewasa seperti merokok, pacaran, dan banyak lagi. Bahkan bisa dibilang mereka mengalami pendewasaan sebelum waktunya. Lagi - lagi ini karena derasnya arus perkembangan teknologi.

Melihat beberapa alasan di atas, dirasa perlu untuk menghadirkan sosok guru BK di tingkat sekolah dasar. Bukan untuk menghukum siswa atau yang lainnya, melainkan untuk membantu guru wali kelas dalam menangani berbagai macam tingkah laku siswa - siswanya. Dengan adanya guru BK di tingkat sekolah dasar diharapkan meningkatkan usaha di bidang konseling.

Opini - opini ini ditulis untuk mengkritik fakta yang beredar di masyarakat. Jika anda memiliki opini lain, silahkan tulis opini anda di kolom komentar. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline