Lihat ke Halaman Asli

Anisa Herfiyana

S1 KEPERAWATAN

Pentingnya edukasi pertolongan pertama luka bakar bagi pelajar sekolah menengah

Diperbarui: 8 Januari 2025   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Luka bakar merupakan masalah kesehatan global yang menyebabkan sekitar 180.000 kematian setiap tahunnya. Mayoritas korban luka bakar adalah individu berusia muda, khususnya di bawah 20 tahun, dan kebanyakan insiden terjadi di rumah. Mengingat fakta tersebut, sangat penting bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk memahami cara memberikan pertolongan pertama pada luka bakar guna meminimalkan dampak yang lebih buruk.

Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Lilis dan Zaqqii, memaparkan hasil penelitian yang dilakukan pada Maret 2020 terkait pengaruh edukasi kesehatan terhadap perubahan sikap dan praktik siswa sekolah menengah dalam menangani luka bakar ringan. Penelitian ini melibatkan 52 siswa kelas X dan IX dari salah satu sekolah menengah atas dengan menggunakan metode pendidikan kesehatan melalui media video dan demonstrasi langsung.

Menurut Lilis, pendekatan ini dipilih karena video dan demonstrasi langsung terbukti efektif untuk menarik perhatian siswa sekaligus mempermudah mereka memahami langkah-langkah pertolongan pertama pada luka bakar. "Kita harus memastikan bahwa anak-anak muda ini tidak hanya tahu teori, tetapi juga mampu mempraktikkan langkah-langkah pertolongan pertama dengan benar ketika menghadapi situasi darurat," ujar Lilis.

Sebelum mengikuti program edukasi, para siswa diberikan tes awal untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan kemampuan mereka dalam menangani luka bakar ringan. Setelah mengikuti serangkaian pelatihan, mereka kembali diuji untuk melihat sejauh mana perubahan terjadi. Hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Zaqqii menjelaskan, "Pada pengujian awal, sikap siswa terhadap pentingnya pertolongan pertama hanya mendapatkan skor rata-rata 32,7. Namun, setelah pelatihan, skor mereka meningkat drastis menjadi 98,1. Hal serupa juga terlihat pada kemampuan praktik siswa, dari median skor 25 pada tes awal menjadi 80 pada tes akhir."

Metode yang digunakan dalam penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, tetapi juga memberikan bekal praktis kepada siswa agar dapat membantu diri sendiri maupun orang lain jika terjadi luka bakar di rumah atau lingkungan sekitarnya. Menurut Zaqqii, hasil penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa edukasi kesehatan memiliki dampak besar terhadap perubahan sikap dan keterampilan siswa.

Lebih lanjut, Lilis menekankan bahwa program serupa perlu diterapkan di sekolah-sekolah lain. "Kegiatan ini sebaiknya menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat, khususnya oleh staf universitas, sehingga lebih banyak siswa yang dapat menerima manfaatnya. Jika edukasi ini dilakukan secara berkelanjutan, kita bisa mengurangi risiko cedera yang lebih serius akibat penanganan luka bakar yang tidak tepat," tambahnya.

Selain itu, Lilis dan Zaqqii juga mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi terjadinya luka bakar di rumah, terutama yang melibatkan anak-anak. Mereka menyarankan agar keluarga memiliki pengetahuan dasar tentang pertolongan pertama pada luka bakar, seperti membasuh luka dengan air mengalir selama 10--20 menit dan menghindari penggunaan bahan seperti pasta gigi atau minyak yang dapat memperparah luka.

Dengan adanya program edukasi ini, diharapkan siswa tidak hanya mampu melindungi diri sendiri tetapi juga dapat menjadi agen perubahan di masyarakat. "Pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dapat mereka tularkan kepada keluarga dan teman-teman, sehingga dampaknya akan semakin luas," tutup Zaqqii.

Edukasi kesehatan seperti ini menjadi bukti nyata bahwa langkah kecil, seperti mengajarkan pertolongan pertama pada luka bakar, dapat membawa perubahan besar bagi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline