Lihat ke Halaman Asli

Anisa Nur Syabani

she/her | 18

Kehidupan Multibudaya di Indonesia

Diperbarui: 22 September 2020   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial merupakan mahkluk yang berhubungan secara timbal-balik dengan manusia lain.Walaupun memiliki banyak perbedaan namun mustahil bagi manusia untuk tidak berinteraksi dengan manusia lainnya. Saya sendiri memiliki teman yang berbeda suku bangsa dan agama. Itu tidak menjadikan alasan untuk saya tidak berinteraksi dengan mereka. Berinteraksi dan berteman dengan mereka yang berbeda suku bangsa dengan saya juga dapat menambah pengetahuan saya tentang budaya mereka.

Perbedaan suku bangsa menyebabkan beragamnya pendapat dan pikiran. Perbedaan tersebut bisa menyebabkan kesalahpahaman antar individu atau kelompok. Untuk mencegah hal tersebut kita diharuskan untuk saling menghargai adanya perbedaan, tidak mencela atau menjelek-jelekkan budaya lain

Saya juga menyadari adanya kehidupan multibudaya di kelas semasa saya SMA. Di kelas saya ada berbagai macam suku dan budaya. Kita semua juga memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Ada beberapa anak yang terkadang berbicara dengan logat yang khas dari sukunya. Namun, di kelas saya semasa SMA tidak ada murid yang berbicara menggunakan bahasa daerah mereka.

Menurut saya pelajaran mengenai bahasa daerah itu penting namun tidak untuk penggunaan bahasa daerah di sekolah. Pelajaran tentang bahasa daerah bisa menambah wawasan dan pengetahuan siswa dan juga dapat menimbulkan rasa bangga karena Indonesia memiliki banyak ragam bahasa daerah. Sedangkan penggunaan bahasa daerah di sekolah ditakuti akan menyebabkan siswa lupa dengan bahasa resmi yaitu Bahasa Indonesia dan juga menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang salah.

Berbicara soal masa SMA, saya memiliki beberapa teman dekat di masa SMA yang mereka sering saya sebut sebagai "comfort place" bagi saya. Mereka sering sekali saya jadikan tempat berkeluh kesah tentang masalah kehidupan yang sedang dan pernah saya alami. 

Ketika saya berada di titik terendah saya, mereka selalu ada menemani dan terkadang memberikan masukan dan saran atas masalah atau hal-hal lain yang saya alami. Lalu tak jarang kami juga memiliki perbedaan pendapat atau berselisih pendapat mengenai sesuatu.

Perbedaan pendapat sangat sulit untuk dihindari dikarenakan beragamnya pemikiran dari orang lain. Begitupun dengan murid, pasti banyak yang memiliki perbedaaan pendapat. Cara untuk mengatasinya adalah dengan mengajak mereka untuk berdiskusi tentang pemikiran mereka lalu dipadukan dengan pendapat yang lain.

Ada banyak faktor yang menyebabkan perbedaan pendapat. Salah satunya berbeda sudut pandang. Pandangan yang berbeda terhadap suatu masalah menimbulkan pendapat yang berbeda pula. Pemahaman tiap orang terhadap suatu masalah juga berbeda sehingga timbullah perbedaan pendapat agar tidak menimbulkan perselisihan.

Saran saya untuk tetap menjaga persaudaraan dan persatuan bangsa adalah tetap saling menghargai satu sama lain. Menghindari sikap rasisme dan tetap menegakkan jiwa nasionalisme.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline