Lihat ke Halaman Asli

Anisa RizkiRiyandini

Mahasiswa Pascasarjana

Manfaatkan Kotoran Ternak Sapi, Tim Pengabdian UM Berikan Pelatihan Kelompok Tani Wono Asri 3 untuk Memproduksi Kompos/Bogasi

Diperbarui: 24 Oktober 2022   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencampuran EM4 dan tetes sebagai bahan cair pembuatan kompos bogasi

Magetan, 16 Oktober 2022

Kelompok Tani Wono Asri 3 adalah salah satu kelompok tani di wilayah desa Pingkuk Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. Fokus pengembangan kelompok ini ada pada tiga hal, yaitu pertanian, peternakan, dan perkebunan. Beberapa anggota di kelompok ini memiliki usaha di bidang peternakan, khususnya ternak sapi dan kambing, baik itu dalam skala besar maupun ternak skala kecil di belakang rumahnya.

Keuntungan usaha di bidang ini tergolong bagus, hanya saja pada masa-masa ini masih terkendala akibat wabah PMK yang masih tersebar di setiap daerahnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu adanya pemanfaatan secara maksimal dalam usaha ini. Tidak hanya ternak sapi atau kambingnya saja yang dijual untuk dimanfaatkan dagingnya, tetapi juga bisa memanfaatkan kotoran hewannya.

“Ya selama ini tletong hanya ditumpuk saja, atau kalau sudah kering kadang dibawa ke sawah atau ke kebon untuk pupuk tanaman, belum ada pemanfaatan lainnya,” ujar Marji salah satu peternak di Kelompok Tani Wono Asri 3.

Kondisi seperti ini juga dialami oleh peternak lainnya. Pemanfaatan dari peternakan masih berfokus pada hewan ternaknya saja. Padahal kotoran hewan jika diolah menjadi bogasi/kompos akan memiliki nilai yang tinggi sebagai pupuk organik. Selain dapat dimanfaatkan untuk pupuk pribadi, hasil pembuatan kompos ini juga dapat dijual sebagai pupuk organik.

Pada kesempatan ini, Tim Pengabdian Universitas Negeri Malang yang diketuai oleh R. Anggia Listyaningrum memberikan pendampingan langsung dalam pembuatan kompos bogasi dengan menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya, yakni Wildan Malaibar Al Fanani dari Dinas Pertanian Kabupaten Magetan dan Siti Fatimah dari BPP Kecamatan Bendo.

“Selama ini kita menganggap kalau yang namanya pupuk organik itu ya yang asli langsung dipakai untuk pupuk, seperti contohnya tletong itu, tletong asli apalagi yang baru kemudian langsung dibawa ke sawah untuk pupuk, itu malah hasilnya ndak bagus,”jelas Siti terkait kebiasaan warga yang langsung menggunakan kotoran hewan untuk pupuk tanpa diolah terlebih dahulu.

“Kotoran hewan yang masih belum diolah, itu masih banyak bakterinya. Jadi kalau langsung dipakai untuk pupuk ya tidak bagus, hasilnya tanaman malah mati karena karbonnya terlalu tinggi. Makanya perlu diolah, difermentasi dulu sebelum digunakan untuk pupuk tanaman,”lanjutnya.

Pemanfaatan kotoran sapi untuk kompos ini selain bertujuan menyuburkan tanaman, juga berguna untuk menutrisi tanah yang digunakan sebagai media tanamnya.

“Gunanya pupuk organik/kompos itu selain untuk mensuplai makanan bagi tanaman, itu sebenarnya tujuan utamanya adalah untuk konservasi tanah yaitu untuk memperbaiki unsur tanah yang sebelumnya rusak,” tambah Wildan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline