Lihat ke Halaman Asli

Very Meritorious Hero

Diperbarui: 10 Maret 2022   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hallo guys!! Kali ini saya akan membuat artikel lagi nih seperti biasanya. Kalau minggu kemarin artikelnya tentang pengalaman ibuku, sekarang adalah waktunya tentang seseorang yang menjadi pahlawan di keluarga ku, ia adalah bapak ku. Yukk guys dibaca yaa..

Sama seperti ibuku, bapakku adalah orang yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi namun bedanya ibuku adalah lulusan SMP dan sedangkan bapakku lulusan SMA. Semasa SMA, bapakku sudah menjadi anak rantau. Beliau hanya mengandalkan rumah saudara untuk tempat tinggal bahkan beliau lah yang membersihkan rumah itu tanpa dibayar. Namun itu bukan suatu masalah, beliau tetap bersemangat dalam sekolah dan belajar.

Karena bapakku hanya lulusan SMA, beliau hanya bisa menjadi seorang buruh pabrik di salah satu PT di Depok yang mengharuskan kerja dengan pekerjaan yang berat dari pagi hingga malam. Pernah suatu ketika saat itu sedang tengah hari siang bolong, bapakku mengalami kejadian yang tak diduga. 

Ketika beliau sedang bekerja tidak disengaja salah satu mesin entah apa itu mengenai jari beliau, sehingga mengharuskan beliau untuk kehilangan setengah dari jari telunjuk kanan nya. Pada saat itu saya masih kecil dan belum mengerti apa-apa, yang saya ingat hanyalah saat bapakku dirawat, saya hanya bersenang-senang dan bermain di rumah sakit hehe. Lanjut ke cerita tentang bapakku..

Bapakku bukanlah orang yang pandai mengeluh dalam hal apapun, apalagi dalam menyenangkan ketiga anak nya. Beliau selalu menuruti kemauan anaknya walaupun terkadang beliau sedang tidak memiliki penghasilan. Salah satunya saya sebagai anak terakhir dan juga anak perempuan satu-satunya, inilah sebabnya mengapa bapakku menuruti semua permintaanku pada saat itu atau bahkan sampai sekarang. 

Bapakku juga sangat sayang kepada saya dan saya pun juga sangat sayang kepada beliau. Ada pepatah yang mengatakan memang biasanya kebanyakan anak perempuan memiliki kedekatan lebih terhadap ayahnya, karena sosok laki-laki yang pertama dicintai adalah ayahnya, dan pepatah itupun memang sangat benar.

Pada tahun 2018 lalu, bapakku telah pensiun dari pekerjaannya, yaa memang dikarenakan bapakku juga sudah termasuk lansia. Setelah pensiun, bapakku sempat menjadi pedagang sandal dan sepatu dipinggir jalan daerah stadion pakansari. Pernah sekali saya menyusul kesana dan yaa ternyata berjualan itu tidak mudah, sampai bahkan pernah tidak ada yang membeli. 

Pernah juga suatu hari ketika bapak dan ibuku mengambil dagangan di pabrik sandal dengan mengendarai sepeda motor, saat perjalanan pulang mereka mengalami kecelakan yaitu jatuh dari motor dan yang parahnya adalah ibuku, beliau mengalami luka pada daerah wajah. Kalau ada yang nanya kenapa tidak saya saja yang mengambil? Jawabannya adalah pada saat itu saya masih berada dipondok dan saya juga mengetahui kejadian itu ketika ibuku menjenguk.

Selepas kejadian itu, tak lama bapakku berhenti untuk menjual sandal dan sepatu. Beliau mencari uang dengan membuat pagar besi ataupun jika ada orang yang ingin merenovasi rumah bapakku siap untuk bekerja. Memang pekerjaan yang sangat berat, apalagi mengharuskan untuk bekerja sendiri pada umurnya yang sekarang. Jika ada yang bertanya memang tidak ada dana pensiun dari pabriknnya? Jawabannya adaa, lumayan banyak sekitar 100an juta lebih. Tapi semua itu habis dalam sekejap. Untuk apa? Duit sebanyak itu untuk mendaftarkan haji sekeluarga. 

Bapakku pernah bilang ke saya "Bisa aja kita beli mobil atau ngga rumah lagi, tapi itu udah biasa. Orang lain jarang banget dana pensiun buat daftar haji kan? Nih inget, semua rezeki itu dateng nya dari Allah, jadi juga harus dipake buat di jalan Allah". Itu kata-kata yang saya ingat sampai sekarang. Bapakku bukan lah orang yang pandai dalam hal agama, namun setidaknya beliau masih tau dan paham apa yang harus beliau lakukan.

Bapakku adalah orang asli Pacitan. Beliau lahir di keluarga yang sangat sederhana di pelosok tengah pegunungan. Disana sekolah sangat begitu jauh untuk di tempuh dan yang sekolah pun sekelas hanya 4 atau bahkan 5 orang saja termasuk anak dari adik bapakku. Inilah salah satu alasan mengapa bapakku memilih untuk merantau jauh semenjak remaja, beliau hanya ingin hidup selayaknya dan memiliki masa depan yang baik untuk keluarganya kelak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline