Lihat ke Halaman Asli

Konghucu (Klenteng) di Indonesia

Diperbarui: 26 Maret 2022   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Masyarakat di Indonesia terutama di pulau Jawa mengenal tempat ibadah Konghucu sebagai Klenteng atau Kelenteng. Sementara di Sumatra yang menggunakan bahasa Medan, kebanyakan masyarakatnya menyebut klenteng dengan Pekong. Klenteng atau kelenteng adalah istilah umum bagi bangunan yang bernuansa arsitektur Tionghoa yang digunakan sebagai sarana tempat bersembahyang atau ibadah oleh penganut kepercayaan tradisional Tionghoa atau Tionghoa perantauan (umat Konghucu, Tao, Budha). Sehingga kadang-kadang kita sulit membedakan apakah mereka itu penganut agama Buddha, Konghucu, atau Tao. 

Klenteng mempunyai banyak jenis diantaranya: 

* Klenteng Miao, tempat ibadah khusus untuk memberi penghormatan kepada leluhur. 

* Klenteng Ci, secara khusus sebagai tempat untuk menyimpan abu sosok yang sudah meninggal tapi mereka termasuk tokoh-tokoh yang dihormati warga atau rumah perabuan untuk satu marga.

* Klenteng Li Tang, ialah klenteng yang secara khusus sebagai tempat penghormatan terhadap apapun, dapat digunakan masyarakat secara umum.

* Klenteng Gong, yang berarti Istana, klenteng untuk raja-raja. 

* Klenteng Guan, yang berarti tempat mengobservasi langit.

* Klenteng Dong, yang berarti tempat tinggal para pertapa.

* Klenteng Dian, yang berarti ruang aula statusnya lebih rendah dari Gong, digunakan untuk umum.

Ciri khas dari Kelenteng sendiri pada umumnya adalah adanya sepasang naga langit yang menghadap mutiara api, naga melambangkan kebenaran, keberuntungan, kebaikan, kekuatan, keperkasaan, dan kemakmuran. Menurut cerita rakyat Tiongkok, naga adalah leluhur manusia. Karena itulah naga dianggap sangat penting. Simbol naga ini ada di mana-mana, seperti di bagian luar bangunan, perlengkapan rumah tangga, dan pakaian. Ciri khas lain yang ada pada klenteng adalah bangunan yang didominasi dengan cat warna merah dan kuning emas yang juga memiliki makna tersendiri. Dimana warna merah merupakan simbol kehidupan, kebahagiaan, keberanian, dan keberuntungan sehingga mendatangkan rezeki dan kebahagiaan. Sedangkan warna kuning emas merupakan simbol keagungan dan keharmonisan serta altar para dewa-dewi sehingga mengantarkan pada kesetiaan, kesungguhan, dan kesucian. Makanya tidak heran jika masyarakat Tionghoa cenderung menggunakan warna merah dan kuning emas ketika hari besarnya, seperti ketika Imlek sangat banyak benda-benda di sekitar tempat perayaan yang berwarna merah dan kuning emas. Demikian pula dengan umat Islam yang ketika hari raya banyak yang menggunakan pakaian berwarna putih. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline